NORTHROP GRUMMAN mengumumkan kerugian 1,56 miliar USD dalam program produksi pembom B-21 Raider untuk lima lot pertama. Pejabat perusahaan menyalahkan inflasi dan masalah rantai pasokan sebagai penyebab kerugian ini. Meski demikian Northrop Grumman menyatakan pihaknya mungkin dapat memitigasinya masalah ini seiring berjalannya waktu dengan efisiensi jalur produksi.
“Setelah melakukan peninjauan pada kuartal keempat kami sekarang yakin kemungkinan besar masing-masing dari lima lot LRIP (Produksi Awal Tingkat Rendah) pertama akan mengalami kerugian,” jelas Kathy Warden, Presiden, Ketua, dan CEO Northrop Grumman.
Meskipun kecewa, Warden meyakini B-21 akan memberikan apa yang dibutuhkan Angkatan Udara. Ditambahkan bahwa kerugian ini juga karena perusahaan asumsi perusahaan mengenai inflasi dan proyeksi biaya produksi yang lebih tinggi berdasarkan informasi dari pemasok dan pengalaman terhadap pesawat pertama yang diluncurkan pada Desember 2022 dan terbang pada November 2023.
Dave Keffer, Wakil Presiden Norhtrop Grumman dan Kepala Keuangan, mengatakan bahwa dengan selesainya dan penerbangan pertama B-21 pertama, perusahaan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan tahun lalu mengenai biaya sebenarnya.
Warden juga mengakui bahwa Northrop menerima kontrak LRIP setelah penerbangan pertama. Dikatakan juga bahwa B-21 telah terbang lebih dari sekali di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, California, namun ia tidak menerangkan rincian kemajuan pengembangan pesawat tersebut karena faktor keamanan operasional.
Meskipun Pentagon memberikan bantuan sebesar 60 juta USD pada tahun 2023 untuk membantu mengatasi inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, Warden mencatat, perusahaan tidak mengandalkan bantuan tersebut lebih lanjut. Oleh karena itu, biayanya lebih besar daripada yang diisyaratkan Warden dalam laporan pendapatan sebelumnya sepanjang tahun 2023.
Sementara itu Angkatan Udara AS (USAF) belum mengungkapkan berapa banyak B-21 yang termasuk dalam lima lot pertama LRIP, meskipun Congressional Research Service menggunakan 21 pesawat di lima lot tersebut sebagai angka perkiraan untuk penilaian mereka terhadap program tersebut pada tahun 2021.
Angkatan Udara menggunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar untuk menghitung biaya B-21. Biaya unit salah satu pembom secara kontrak ditetapkan sebesar 550 juta USD dalam kontrak awal tahun 2015. Ini berarti bahwa dalam dolar saat ini, setiap B-21 harus pasti berharga di bawah 778 juta USD.
Pengumuman Northrop menunjukkan bahwa jika lima lot harga tetap terdiri dari 21 pesawat, masing-masing unit akan menelan biaya 75 juta USD lebih mahal dari perkiraan; biaya yang harus ditanggung Northrop.
Warden juga menegaskan kembali komentar yang dibuatnya dalam panggilan triwulanan sebelumnya bahwa perusahaan lebih berhati-hati dalam menawar kontrak harga tetap, dan mungkin tidak menawar program di masa depan jika perhitungan risiko-imbalan tidak meyakinkan. Sentimen yang sama juga diungkapkan dalam pembicaraan triwulanan minggu ini dengan Lockheed Martin dan RTX, meskipun CEO Lockheed Jim Taiclet mengatakan pemerintah juga jelas mendorong lebih sedikit program harga tetap.
-Poetra-