AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rusia kehilangan aset militer berharganya ketika pada Minggu malam, sistem pertahanan udara Ukraina berhasil menembak satu pesawat peringatan udara dini kontrol A-50 (NATO: Mainstay) dan pesawat komando udara Il-22M (NATO: Coot) milik Angkatan Udara Rusia.
Pesawat A-50 AEW&C Rusia terbakar di udara dan jatuh yang kemungkinan besar menewaskan 15 orang di dalamnya, menurut dugaan Kyiv.
Sementara pesawat Il-22M yang terkena tembakan masih bisa mendarat namun keselamatan awaknya belum bisa dipastikan.
Angkatan Udara Ukraina (UkrAF) menyatakan bahwa kedua pesawat Rusia itu dijatuhkan oleh sistem pertahanan udara mereka.
UkrAF tidak menyebutkan secara gamblang sistem pertahanan udara Ukraina yang digunakan untuk menembak kedua pesawat Rusia. Namun UkrAF menyebut bahwa mereka memiliki sistem pertahanan udara Patriot PAC-2 dan PAC-3, serta S-300.
Banyak teori yang disampaikan para pakar mengenai kemungkinan taktik yang digunakan oleh Ukraina untuk dapat menembak A-50 dan Il-22M Rusia.
Salah satunya dikemukakan oleh analis militer yang juga penulis banyak buku militer, Tim Cooper seperti ditulis Forbes.
Dikatakan Cooper bahwa Ukraina berhasil memancing penerbangan A-50 dan Il-22M untuk dapat mereka tembak.
Cooper menerangkan, Ukraina melakukan jebakan pada hari Sabtu, yaitu melakukan serangan menggunakan pesawat penyerang Su-24 Fencer. Jet ini melakukan pengeboman terhadap instalasi Angkatan Dirgantara Rusia di Semenanjung Krimea, khususnya situs radar pertahanan udara Rusia yang ada di sana.
Dalam beberapa kali kesempatan, Su-24 yang telah dilengkapi rudal jelajah Storm Shadow/SCALP-EG ini memang digunakan untuk menyerang markas militer Rusia di Krimea.
Akibat sistem radar pertahanan udara Rusia di Krimea lumpuh, maka baterai rudal Rusia yang masih ada di semenanjung itu menjadi buta. Dengan begitu pasukan Rusia akan kesulitan untuk menangkal serangan Ukraina berikutnya, baik menggunakan rudal, drone maupun pesawat berawak.
Di saat itulah para komandan militer Rusia terpancing untuk memerintahkan satu pesawat radar terbang A-50 untuk menggantikan peran radar pertahanan udara di darat yang rusak.
Pesawat A-50 yang didampingi oleh Il-22M Rusia kemudian terbang ke selatan di atas Laut Azov dan selanjutnya berbelok untuk bergerak lebih jauh ke utara dalam upaya memperluas jangkauan tangkapan radarnya.
Untuk diketahui sistem radar berputar yang ada pada pesawat A-50 dapat melihat target seukuran pesawat hingga jarak 200 mil (320 km).
Pesawat pos komando udara Il-22M yang diawaki kurang lebih 10 orang, berfungsi sebagai pesawat relai radio. Kru di pesawat ini membantu awak A-50 dalam hal komunikasi dan transfer data yang dibutuhkan.
Pesawat A-50 tampaknya tanpa sadar terus bergerak ke utara hingga ke wilayah pendudukan Berdyansk, berjarak hanya 120 km dari garis depan.
Tanpa memberi peringatan kepada kru pesawat Rusia, pasukan Ukraina langsung meluncurkan rudal sistem pertahanan udaranya terhadap kedua pesawat Rusia yang sangat berharga.
“Yang dilakukan Ukraina hanyalah secara diam-diam mengerahkan sistem SAM mereka yang sesuai untuk menargetkan kedua pesawat Rusia tersebut dari jarak jauh,” kata Cooper.
Semenit kemudian, rudal-rudal yang diluncurkan Ukraina tersebut meledak, menghancurkan A-50 dan merusak Il-22.
“Setelah aksi penembakan mereka berakhir, lanjut Cooper, awak sistem pertahanan udara Ukraina segera memindahkan sistem pertahanan udara Patriot atau S-300 mereka agar tidak menjadi sasaran serangan balasan Rusia.
Dengan serangan tersebut, moral Rusia dapat dikatakan terhenyak karena tidak mudah dan tidak murah untuk menggantikan pesawat peringatan udara dini dan kontrol serta melatih para awaknya.
Demikian juga dengan kerusakan yang terjadi pada pesawat Il-22M.
Ukraina kembali berhasil menembak jatuh pesawat-pesawat militer Rusia dengan menggunakan sistem pertahanan rudal bantuan dari AS dan sekutu mereka.
-Poetra-