AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Setelah beberapa kali uji.coba, delapan tahun lalu pada 27-29 Januari 2016, uji dinamis kembali dilakukan terhadap Roket Pertahanan Nasional R-Han 122B. Tak tanggung-tanggung, saat itu diluncurkan 25 roket di Pantai Tempursari, Lumajang, Jawa Timur.
Uji coba kala itu dihadiri oleh para pemimpin dari Konsorsium Roket Nasional yang terdiri dari LAPAN, PT Pindad (Persero), PT Dahana (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), dan perwakilan dari Universitas Gajah Mada (UGM).
Dengan menggunakan Multi Launcher Rocket System (MLRS) RM-70 GRAD Marinir TNI AL, 25 unit R-Han 122B berhasil diluncurkan dan membelah langit pantai Lumajang.
Setelah uji coba besar-besaran tersebut, perbaikan desain roket mulai dilakukan, tepatnya dilaksanakan pada 2018.
Modifikasi pada desain sirip folded fin dilakukan dengan beralih dari bahan aluminium ke baja dan sistem pengunci fin menggunakan locking fin, menggantikan pengunci awal berbasis pegas.
Modifikasi lainnya adalah pada nozzle roket menjadi dua bagian juga dilakukan tanpa cover nozzle.
Setelah modifikasi pada nozzle dan fin, kinerja terbang RHan-122B menjadi stabil dan konsisten.
Selanjutnya pada 2019, Roket Pertahanan Nasional berhasil memperoleh sertifikat kelaikan udara sebagai senjata udara militer dari Badan Sarana Pertahanan, Kementerian Pertahanan .
Pencapaian sertifikat ini memunculkan urgensi untuk mendaftarkan paten dan melisensikan teknologi roket ini untuk produksi massal.
Berjalannya waktu, dengan terjadinya perubahan manajemen dari LAPAN ke BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di akhir 2021 memperkuat fokus pada riset dan pengembangan, dengan mengalihkan produksi massal ke industri pertahanan.
Puncaknya, melalui siarannya pada 15 Desember 2023, BRIN menyebutkan RHan-122B telah mencapai tonggak penting dengan pendaftaran tujuh paten terkait desain dan teknologi canggihnya.
Dengan pencapaian tersebut, RHan-122B siap di produksi masal yang akan dilaksanakan di PT Pindad.
Adapun tujuh Kekayaan Intelektual berupa Paten sebagai berikut, yaitu Metode Pemasangan Propelan Padat dan Inhibitor Pada Motor Roket, Peralatan dan Sistem Rangkaian Penyala Roket Tipe Piroteknik dengan Struktur Menggunakan Bantalan Poros, Metode Pembuatan Insulasi Termal dengan Menggunakan Peel Ply pada Motor Roket Padat, Sistem Propulsi Motor Roket Kaliber 122mm Menggunakan Propelan Padat Komposit Konfigurasi Ganda, Propelan Padat Komposit HTPB/AL/AP Trimodul, Nozel Roket Modular dengan Fitur Pencegah Kebocoran Gas Panas, dan Nose Cone Tumpul yang Dilengkapi Bodem untuk Roket Artileri.
Perlu diketahui, pengembangan RHan-122B telah mulai sejak 2006.
Perjalanan pengembangan roket ini melewati tahap desain konseptual, desain awal, pembuatan prototype, serta serangkaian pengujian statis dan dinamis sejak 2009.
Untuk spesifikasinya, roket kaliber 122 mm ini berdimensi panjang total 291,5 cm dan berat 63 kg. Roket ini mampu menjangkau hingga 28 km, dan dapat membawa hulu ledak seberat 18 kg.
RHan-122B ini nantinya akan digunakan oleh sistem peluncur roket multilaras milik TNI AD dan milik Korps Marinir TNI AL.
Hingga saat ini Roket Pertahanan Nasional belum juga masuk jalur produksi. Entah apa yang menjadi simpul kendala sehingga lama sekali upaya kemandirian nasional ini diwujudkan.
-RBS-
Lanjutkan pengembangan minimal sampai tahap mendekati HIMARS dengan ATACMSnya sebagai acuan. Terbukti efektif, next kombinasikan dengan guidance. Belum perlu harus mencapai kemampuan rudal jelajah macam Kalibr atau Tomahawk.
Haduhhh dari 2006…ga perlu ngumpulin tim bejibun cma ngabisin anggaran doang.. trus ngumpulin profesor bnyk2 org pinter banyak…sekolah tinggi2 ngabisin duit doang kl ga belajar dengan hamas atau houthi ja kl bikin roket ma rudal mah
Wkwkwkwk pengembangan mulu udh sekian abad, tahap produksi masal nya nanti klo udh kiamat..