AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Rusia dilaporkan sedang mempertimbangkan pembelian rudal balistik jarak pendek dari Iran untuk menambah kekuatan militernya dalam berperang melawan Ukraina.
The Wall Street Journal melansir hal itu baru-baru ini. Para pejabat AS mengatakan rencana tersebut menandai momen kritis dalam perang tersebut, karena akan meningkatkan kemampuan Rusia untuk menargetkan infrastruktur Ukraina.
Keputusan Rusia ini bertepatan dengan laporan yang menyebut Rusia mulai menerima dan menggunakan rudal balistik dari Korea Utara.
Hal ini juga menunjukkan bahwa produksi rudal balistik jarak pendek dalam negeri Rusia mungkin tidak memenuhi kebutuhan medan perang.
Sebelumnya, sejak pecah perang pada Februari 2022, untuk serangan menggunakan rudal balistik jarak pendek, militer Rusia mengandalkan sistem Iskander-M buatan dalam negeri.
Mengenai rudal balistik yang akan dibeli dari Iran, beberapa sumber menyatakan bahwa rudal tersebut adalah jenis Zulfiqar atau Zolfaghar (nama pedang milik Ali ibn Abi Thalib). Rudal ini dikembangkan Iran sejak 2017.
Secara dimensi, Zolfaghar memiliki panjang 10,3 m dan diameter 68 cm. Didukung oleh sistem propulsi padat satu tahap, yang secara umum dikenal karena keandalan dan kemudahan perawatannya dibandingkan dengan sistem propulsi cair.
Zolfaghar menggunakan sistem panduan yang menggabungkan navigasi inersia (INS) dengan penentuan posisi GPS. Sistem panduan campuran ini dirancang untuk meningkatkan akurasi rudal dalam menyerang sasaran.
Untuk jangkauan operasional, Zolfaghar dapat meluncur hingga jarak 700 km, dengan perkiraan CEP (kemungkinan kesalahan melingkar) sekitar 100 m.
-RBS-