980 F-35 telah diserahkan ke pelanggan, 20 unit lagi mencapai 1.000: Si Petir, pesawat banyak masalah tapi laku dijual

F-15 segera mencapai 1000 unitLockheed Martin

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – F-35 Lightning II adalah keluarga jet tempur multiperan siluman berkursi tunggal dan bermesin tunggal. Pesawat buatan Lockheed Martin ini diklaim tahan segala cuaca dan dimaksudkan untuk melakukan misi superioritas udara serta serangan terhadap sasaran darat.

Walau tahan segala cuaca, F-35 pernah mengalami gangguan manakala terkena petir di saat terbang dalam cuaca buruk. Keamanan pesawat ini pun dipertanyakan dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penerbangan pesawat ini diatur oleh penggunanya.

F-35 dilengkapi berbagai perangkat modern sehingga pesawat juga mampu melaksanakan peperangan elektronik, misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian.

Dalam memproduksi pesawat ini, Lockheed Martin sebagai kontraktor utamanya bermitra dengan Northrop Grumman dan BAE Systems.

F-35 dengan jargon sebagai Pesawat Tempur Gabungan (JSF) dibuat dalam tiga varian utama, yaitu F-35A dengan kemampuan lepas landas dan mendarat konvensional (CTOL) untuk Angkatan Udara, F-35B dengan kemampuan lepas landas dan mendarat vertikal (STOVL) untuk Korps Marinir, serta F-35C untuk berbasis kapal induk (CV/CATOBAR) untuk Angkatan Laut.

Batasan penggunaan di atas tentu saja tidak berlaku mutlak. Angkatan Udara Inggris (RAF) misalnya mengoperasikan varian F-35B. Demikian juga dengan Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) yang juga memilih varian F-35B.

F-35 dibangun oleh Lockheed Martin dari prototipe X-35 yang berhasil mengalahkan prototipe X-32 buatan Boeing di tahun 2001.

Pembangunan pesawat ini pada prinsipnya didanai oleh Amrika Serikat, namun dengan tambahan dana dari negara-negara mitra yang tergabung dalam proyek ini, seperti Inggris, Australia, Kanada, Italia, Norwegia, Denmark, Belanda, Singapura, dan sebelumnya Turki.

Sejumlah negara yang tidak tergabung dalam program ini turut membeli F-35.

Meski menjadi salah satu pesawat tempur yang diinginkan banyak negara, Amerika Serikat hanya menjual pesawat ini kepada negara-negara yang dipercayai dan mampu menjaga kerahasiaan teknologinya.

Kompleksitas teknologi, perbaikan sistem yang berulang-ulang, dan lainnya telah menyebabkan biaya pengembangan F-35 terus membengkak. Hal ini karena perubahan desain dan retrofit yang mahal. Pengiriman kepada para pelanggan pun sempat tertunda beberapa kali.

F-35A mengudara pertama kali pada 15 Desember 2006. Meski demikian pesawat yang pertama kali beroperasi adalah F-35B di Korps Marinir AS (USMC) pada bulan Juli 2015.

Setelah itu diikuti oleh F-35A di Angkatan Udara AS (USAF) pada bulan Agustus 2016 dan F-35C di Angkatan Laut AS pada bulan Februari 2019.

Menurut catatan, F-35 pertama kali digunakan dalam pertempuran pada tahun 2018 oleh Angkatan Udara Israel (IAF).

F-35 terbanyak melakukan misi pengeboman juga adalah milik IAF yang saat ini sedang berperang melawan Hamas dan melakukan penggempuran masif dari udara.

AS berencana untuk membeli 2.456 unit F-35 hingga tahun 2044, di mana sebagian besar pesawat akan digunakan oleh USAF.

Pesawat pengganti F-16 Fighting Falcon dan juga A-10 Warthog di USAF ini rencananya akan digunakan hingga tahun 2070.

Hingga Desember 2023, Lockheed Martin mencatat, sebanyak 980 F-35 telah diserahkan kepada para pelanggannya.

Akumulasi pesawat ini telah membukukan lebih dari 768.000 jam terbang.

Sebanyak 2.250 pilot F-35 dan 15.125 teknisi F-35 telah dihasilkan oleh Lockheed Martin.

F-35 telah dioperasikan dari 31 pangkalan udara dan 11 kapal induk.

Sebanyak 17 negara telah mengoperasikan atau memesan F-35 hingga saat ini. Negara-negara tersebut adalah Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Jerman, Israel, Italia, Jepang, Belanda, Norwegia, Polandia, Korea Selatan, Singapura, Swiss, Inggris, Amerika Serikat.

Sejumlah negara lain telah mengajukan pembelian F-35, namun belum mendapatkan persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS.

Dapat dikatakan, F-35 merupakan pesawat tempur yang dalam pengembangannya menghadapi berbagai masalah dan kerap dicibir sebagai pesawat gagal.

Meski demikian, banyak negara yang berharap untuk memilikinya atau menambah jumlah yang sudah dimiliki.

Begitulah sekilas mengenai “Si Petir” yang masih menjadi pesawat idola dan laku di pasaran.

-RNS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *