Pernah kuat di tangan Uni Soviet dan Amerika Serikat, kini Angkatan Udara Afghanistan terbilang lemah di kawasan

Angkatan Udara Afghanistan_ Airspace ReviewIstimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sejak berada di bawah kekuasaan Taliban, Angkatan Udara Afghanistan bersalin nama menjadi Angkatan Udara Imarah Islam Afghanistan.

Berdasarkan sejarahnya, Angkatan Udara Kerajaan Afghanistan didirikan pada tahun 1921 di bawah pemerintahan Raja Amanullah dan kemudian dimodernisasi secara signifikan oleh Raja Zahir Shah di tahun 1960-an.

Selama tahun 1980-an, Uni Soviet membangun Angkatan Udara Afghanistan dalam upaya untuk mengalahkan mujahidin dan mempertahankan pemerintahan Mohammad Najibullah yang pro Soviet .

Ketika Najibullah jatuh pada tahun 1992, Angkatan Udara Afghanistan memiliki sekitar 350 pesawat dari berbagai jenis.

Runtuhnya pemerintahan Najibullah dan berlanjutnya perang saudara sepanjang tahun 1990-an mengurangi jumlah pesawat Afghanistan menjadi sekitar 35–40 saja.

Selama Operasi Enduring Freedom yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada akhir 2001 yang berujung digulingkan kekuasaan Taliban, yang tersisa dari Angkatan Udara Afghanistan hanyalah beberapa helikopter saja.

Selanjutnya sejak 2007 Pasukan Transisi Kekuatan Udara Gabungan pimpinan AS berganti nama menjadi Komando Pelatihan Udara NATO-Afghanistan. Komando ini bertujuan untuk membangun kembali dan memodernisasi Angkatan Udara Afghanistan.

Ini berfungsi sebagai komponen udara dari Komando Transisi Keamanan Gabungan NATO-Afghanistan yang bertanggung jawab mengendalikan Angkatan Bersenjata Afghanistan.

Pada tahun 2021, Angkatan Udara Afghanistan tercatat memiliki jumlah pesawat yang signifikan, yaitu sekitar 183 unit dan lebih dari 7.000 personel.

Menyusul penarikan pasukan NATO pada musim panas 2021 dan serangan besar-besaran oleh Taliban, sebagian besar pesawat Angkatan Udara Afghanistan tidak berfungsi lagi atau sebagian besar hancur.

Puncaknya adalah Kejatuhan Kabul dan Presiden Ashraf Ghani yang melarikan diri ke Uni Emirat Arab.

Saat itu sejumlah besar penerbang melarikan diri dari negara itu. Banyak pesawat dan helikopter dihancurkan atau ditangkap oleh Taliban.

Banyak juga pesawat dan helikopter yang telah terbang ke negara tetangga. Dilaporkan, sebanyak 46 unit (22 pesawat dan 24 helikopter) telah mendarat di Bandara Termez di Uzbekistan.

Setelah pengambilalihan, Taliban menyatakan niat mereka untuk membangun kembali Angkatan Udara Afghanistan dan meminta pilot Afghanistan yang dilatih AS untuk kembali ke negaranya.

Sebelum serangan Taliban 2021, terdapat berbagai helikopter di pangkalan udara termasuk UH-60 Black Hawk dan Mil Mi-17, Mil Mi-24, dan MD 530F Cayuse Warrior.

Untuk pesawat tetap terdapat A-29 Super Tucano, Cessna AC-208 Caravan, Pilatus PC-12NG serta drone ScanEagle.

Pasca ditinggalkan Amerika Serikat, Angkatan Udara Imarah Islam Afghanistan hanya memiliki sejumlah kekuatan kecil dari armada yang berhasil diselamatkan sejak serangan tahun 2021 tersebut.

Armada mereka hanyalah 10 pesawat ISR Cessna AC-208, 19 pesawat serang Embraer A-29 Super Tucano, 4 C-130H Hercules, 24 Cessna C-208, dan 18 Pilatus PC-12NG.

Sementara untuk helikopter terdapat 95 Mi-8/17, 8 Mi-24, 10 Bell UH-1H, dan 16 Sikorsky UH-60A.

Saat ini, di kawasan Asia Selatan, kekuatan Angkatan Udara Imarah Islam Afghanistan terbilang lemah dibandingkan tetangganya seperti India, Pakistan ataupun Bangladesh.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *