AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Belgia menyatakan niatnya untuk bergabung dengan program Future Combat Air System (FCAS) yang digagas oleh Dassault Aviation, Airbus, Indra Sistemas, dan Thales Group.
Menteri Pertahanan Belgia Ludivine Dedonder mengonfirmasi keterlibatan Belgia dalam program FCAS Eropa dalam unggahan terbaru di LinkedIn.
“Pengembangan kemampuan tempur udara generasi berikutnya merupakan peluang unik bagi Eropa. Dengan melakukan hal ini, Belgia berkomitmen terhadap perdamaian, stabilitas dan inovasi pertahanan, bersama-sama membangun masa depan yang aman dan sejahtera bagi negara dan mitra kami,” ujarnya seperti diwartakan Breaking Defense.
Pada bulan Desember 2023, Belgia diperkirakan akan menandatangani perjanjian observasi, yang menandai langkah signifikan menuju keamanan dan inovasi global.
Integrasi formal Belgia ke dalam program FCAS dijadwalkan akan dilaksanakan pada Juni 2025.
Rincian spesifik tentang peran Belgia sebagai mitra tetap dalam program ini masih dirahasiakan.
Diperkirakan, negara tersebut akan secara resmi masuk grup pada fase kedua, mengingat partisipasinya saat ini di fase 1B.
Laporan sebelumnya menunjukkan minat Belgia untuk bergabung dengan FCAS pada bulan Juni, yang menimbulkan tentangan dari perusahaan Perancis Dassault.
CEO Dassault Eric Trappier menyatakan ketidakpuasannya terhadap keputusan Belgia yang memilih pesawat tempur F-35 Amerika daripada Rafale Prancis.
“Saya mendengar tentang ketertarikan Belgia (pada FCAS). Semuanya baik-baik saja. Saya melihat tidak ada gunanya mengajak lebih banyak negara ke dalam program F-35. Mengapa saya harus mengosongkan ruang di pabrik saya, di kantor desain saya, untuk orang-orang yang memilih F-35,” ujarnya.
Meski mendapat tentangan, Trappier menyatakan bahwa negara-negara Eropa dapat berpartisipasi dalam program ini sebagai pengamat.
Program FCAS memiliki visi untuk menciptakan sistem yang komprehensif termasuk Sistem Senjata Generasi Berikutnya (NGWS) dan aset udara lainnya untuk ruang tempur operasional di masa depan.
Komponen NGWS akan mencakup kendaraan transportasi jarak jauh (swarm drone) dan pesawat tempur generasi baru (NGF), yang diperkirakan merupakan jet tempur generasi keenam.
NGF ini diperkirakan akan menggantikan pesawat yang ada saat ini seperti Rafale milik Prancis, Typhoon milik Jerman, dan EF-18 Hornet milik Spanyol pada tahun 2040.
-JDN-