AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pemerintah Taiwan telah memesan lebih dari 10.000 rudal antitank Kestrel dari Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan (NCSIST) milik negara.
Taiwan News news melaporkan, rudal tersebut akan digunakan untuk meningkatkan keterampilan tempur wajib militer yang menjalani pelatihan menggunakan senjata perang yang sebenarnya.
Pemerintah Taiwan mengakui perlunya lebih banyak senjata antitank ketika mengumumkan perpanjangan wajib militer di negara tersebut dari empat bulan menjadi satu tahun.
Pejabat pertahanan mengatakan setiap tentara atau wajib militer di negara kepulauan yang bertugas di unit antitank harus mendapatkan pengalaman praktis dalam menembakkan rudal.
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan memilih Kestrel yang diluncurkan di bahu untuk pelatihan karena dilaporkan mudah dibawa dan dibeli dengan harga lebih murah, yaitu 100.000 dolar Taiwan Baru (3.115 USD) per unit.
Pada bulan September tahun lalu, pemerintah Taiwan memesan 5.000 rudal Kestrel untuk tentara. Pembelian kembali dilakukan pada Agustus sebanyak 5.962 unit.
Rudal antitank Kestrel adalah senjata sekali pakai yang dirancang untuk wilayah pesisir dan pegunungan Taiwan.
Ia dapat menembakkan dua proyektil: sebuah roket dengan hulu ledak antitank dengan daya ledak tinggi untuk kendaraan lapis baja dan roket yang lebih besar dengan hulu ledak squash dengan daya ledak tinggi untuk menembus struktur.
Senjata tersebut dapat menembus dinding bata setebal 30 sentimeter dan mengenai sasaran pada jarak maksimum 400 meter (1.312 kaki).
Sistem ini juga dilengkapi dengan night vision untuk mendukung misi di lingkungan minim cahaya.
-JDN-
–