AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara AS (USAF) memperkirakan biaya flyaway jet tempur F-15EX Eagle II akan meningkat lagi pada produksi Lot 3 dan Lot 4. Harga F-15EX bahkan disebut lebih mahal daripada harga jet tempur siluman F-35 Lightning II.
USAF menyatakan ingin mengoperasikan F-15EX dalam jumlah banyak asalkan harga pesawatnya tidak terlalu tinggi.
Mengetahui hal itu, Boeing sebagai pabrikan F-15EX sedang mencari cara untuk menjaga harga jet tempur ini tetap rendah.
“Kami sedang mempertimbangkan bagaimana kami bermitra dengan pemasok untuk keterjangkauan jangka panjang. Kami sedang mempertimbangkan bagaimana kami mengendalikan biaya produksi kami sendiri, apakah itu biaya infrastruktur atau efisiensi yang dapat terus kami tingkatkan,” kata Mark Sears, Wakil Presiden Pesawat Tempur di Boeing kepada Defense One.
Tiga tahun yang lalu, para pejabat Boeing dengan yakin memperkirakan biaya flyaway per pesawat F-15EX adalah di bawah 80 juta USD. Namun perkiraan itu berubah pada awal tahun ini.
Pada bulan September 2023, ketika Angkatan Udara menandatangani kontrak untuk Lot Produksi 2 hingga 4, sebanyak total 48 jet, para pejabat mengatakan biaya per pesawat F-15EX untuk Lot 2 adalah sekitar 90 juta USD.
“Kini harga per pesawat diperkirakan mencapai 97 juta USD di Lot 3 dan 94 juta USD di Lot 4,” kata Juru Bicara USAF Ann Stefanek. Breaking Defense pertama kali melaporkan biaya kontrak F-15EX baru ini.
Boeing beralasan, naiknya harga F-15EX disebabkan banyak hal.
“Perekonomian, inflasi, dan ketidakstabilan tenaga kerja saat ini—semuanya nyata dan oleh karena itu kami berusaha bersikap proaktif mengenai cara mengatasi hal tersebut atau setidaknya membendung pertumbuhan di masa depan,” kata Sears.
Sears tidak mengatakan apakah biaya flyaway F-15EX dapat kembali ke 90 juta USD pada lot produksi di masa depan.
“Fokus kami adalah tetap terjangkau,” katanya. “Sulit untuk melihat ke masa depan dan memahami secara pasti apa yang akan dilakukan oleh ekonomi pasar,” lanjut dia.
Pejabat Boeing berharap militer asing akan memesan F-15EX, yang dapat membantu mengendalikan biaya.
Indonesia mengatakan akan mengakuisisi hingga 24 pesawat F-15EX. Boeing juga berharap Polandia akan membeli pesawat ini.
Ketika ditanya apakah jet tersebut akan berharga sekitar 90 juta USD per unit bagi pelanggan negara asing, Sears mengatakan bahwa konfigurasi pesanan internasional memiliki beberapa keunikan.
Data baru menunjukkan harga F-15EX lebih mahal daripada yang dibayarkan Angkatan Udara untuk F-35.
Biaya setiap F-35A di lot produksi 15 hingga 17, yang akan dikirim pada tahun 2023, 2024, dan 2025, adalah 82,5 juta USD, menurut Juru Bicara Kantor Program Gabungan F-35 Russ Goemaere.
Bila dilengkapi dengan rangkaian peperangan elektronik baru, yang disebut Eagle Passive/Active Warning and Survivability System, atau EPAWSS, Sears mengatakan jet tersebut akan memiliki kemampuan bertahan yang sebanding dengan F-35 dan pesawat siluman lainnya.
Para pendukung program ini mengatakan jet itu akan berguna di bidang-bidang yang ancamannya tidak terlalu parah, seperti pertahanan dalam negeri.
Namun peneliti senior di Heritage Foundation, John Venable, mengatakan, bahkan dengan EPAWSS sekalipun, F-15EX masih merupakan pesawat tempur generasi keempat dan kemampuannya tidak seberapa jika dibandingkan dengan F-35.
“Kami membayar lebih dan kami mendapatkan sesuatu yang jauh lebih rendah dibandingkan nilai F-35,” ujar dia.
Para pendukung F-15EX mengatakan, sebagian dari nilai program ini adalah untuk menopang basis industri pertahanan. Boeing dan Lockheed Martin merupakan dua perusahaan AS terakhir yang memproduksi jet tempur dan harus didukung.
Venable mencatat bahwa F-16 buatan Lockheed Martin, dengan harga masing-masing 63 juta USD, akan lebih murah dibandingkan F-15EX. F-16 saat ini hanya dibuat untuk militer asing.
USAF berencana untuk mengoperasikan 144 F-15EX. Namun jumlah yang ditetapkan ini terus berubah, dan untuk saat ini disebut minimal 104 unit akan diakuisisi.
Dua unit F-15EX saat ini telah diserahkan Boeing kepada USAF. Sementara pesawat ketiga telah melakukan penerbangan perdana dan akan dikirimkan ke USAF akhir bulan ini.
Pesawat keempat, menurut Boeing, akan dikirimkan pada bulan Desember 2023.
-RNS-