AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kepala Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Kamuspusdirla) Kolonel Sus Yuto Nugroho mengajak rombongan dari Sekolah Dasar Negeri Tayuban Kulonprogo melihat pencucian pesawat B-25 Mitchell. Pesawat yang terletak Ruang Alutsista Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) itu dicuci bersama pesawat glider.
Bukan tanpa alasan Kolonel Yuto mengajak melihat pencucian pesawat terbang. Menurutnya kunjungan di museum akan menjadi lebih menarik jika bisa melihat secara langsung proses perawatan koleksi, seperti melihat pencucian pesawat terbang.
“Mencuci pesawat merupakan salah satu cara merawatnya, di samping pengecatan ulang. Merawat koleksi bisa berarti juga merawat warisan para pendahulu,” terangnya kepada rombongan siswa dari sekolah dasar itu, Senin (23/10).
Selama mendampingi, ia juga menceritakan sejarah pesawat B-25 Mitchell itu. Dijelaskannya, pesawat B-25 Mitchell merupakan pesawat pengebom ringan buatan Amerika Serikat.
“Pesawat B-25 Mitchell menjadi kekuatan di Skadron Udara 1. Selama pengabdiannya, pesawat B-25 Mitchell dilibatkan di berbagai operasi udara, seperti Dwikora, Operasi Trikora, Operasi Penumpasan DI/TII dan berbagai operasi udara lainnya,” terangnya.
Jenis pesawat B-25 Mitchell ini, lanjut Kolonel Yuto pernah dipakai Belanda untuk merebut Pangkalan Udara Maguwo pada tanggal 18 Desember 1948.
“Letnan Jenderal Spoor melakukan pemantauan secara langsung perebutan Pangkalan Udara Maguwo dari pesawat B-25,” terang Kolonel Yuto.
Kepala Sekolah SD Negeri Tayuban, Tuti Narsidah, S.Pd mengaku beruntung karena bisa melihat pencucian pesawat terbang. Namun lebih dari itu, ia juga mengaku jika 70 anak didiknya bertambah pengetahuan tentang sejarah dan peran Angkatan Udara dalam mempertahankan kemerdekaan.
“Pertama bertambah pengetahuan, kedua bisa melihat bagaimana mencuci pesawat,” jawabnya singkat saat ditanya kesannya mengunjungi Muspusdirla.
-Muspusdirla/AR