AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kelompok relawan Rusia sekarang telah menggunakan bahan kayu lapis (plywood) asal China untuk membuat drone, yang kemudian dikirim ke tentara Rusia untuk ditempatkan di kota-kota Ukraina.
Penggunaan kayu lapis sebagai bahan rangka mengurangi biaya produksi drone sebesar 10-15 persen. Proses produksi drone juga bisa dilakukan secara cepat dan murah.
Menurut sumber Rusia, keunggulan utama desain ini adalah fleksibilitasnya, memungkinkan pembuatan rangka dengan ukuran berbeda untuk berbagai aplikasi, termasuk membawa senjata seperti granat.
Proses konstruksinya melibatkan penggunaan router yang dikendalikan komputer untuk memotong rangka drone dari kayu lapis setebal 9 mm. Komponen tambahan dipotong dari kayu lapis yang lebih tipis menggunakan pemotong laser.
Setelah rangka siap, maka dirakit dengan berbagai komponen drone, termasuk empat motor dan baling-baling, penerima ELRS, pengontrol penerbangan, kamera video dan pemancar, antena, dan baterai.
Sementara itu Ukraina juga menggunakan drone murah berbahan kardus dalam perang melawan Rusia, yang dipasok oleh Sypaq, sebuah perusahaan asal Australia.
Awalnya dirancang untuk pengintaian dan pengangkutan peralatan, drone ini kemudian diadaptasi oleh Militer Ukraina untuk mengangkut muatan bahan peledak.
Meski terbuat dari karton, namun tahan cuaca dan mampu membawa hulu ledak berkisar antara 3 hingga 5 kg dengan jangkauan serangan hingga 120 km.
Waktu penerbangan mereka bervariasi antara 1 dan 3 jam tergantung pada berbagai faktor seperti berat muatan dan kondisi cuaca.
Seperti diketahui bersama, drone merupakan bagian integral dari konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Pasukan Rusia dan Ukraina secara rutin menggunakan drone, yang sebagian besar merupakan model sipil siap pakai yang disesuaikan untuk membawa granat dan menargetkan personel serta kendaraan.
Penggunaan bahan kayu lapis dan karton dalam konstruksi drone menambah dimensi baru pada konflik negara bertetangga tersebut.
-RBS-