AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Serangan menggunakan rudal jelajah siluman Storm Shadow yang dilakukan oleh Ukraina terhadap Markas Besar Armada Hitam Rusia pada siang hari, Jumat (22/9), mengagetkan banyak pihak.
Gagal dalam melakukan serangan balik terhadap pasukan darat Rusia secara head-to-head, Kyiv kini memainkan taktik tempur jitu dengan cara melakukan pukulan jarak jauh menggunakan drone kamikaze maupun serangan menggunakan rudal-rudal canggih jarak jauh yang disuplai oleh mitra-mitra Barat.
Ukraina sebelumnya telah sukses melakukan serangan menggunakan rudal jelajah SCALP EG sumbangan dari Prancis yang diluncurkan dari platform pesawat pembom-tempur mereka. Serangan terhadap jembatan Chonhar yang menghubungkan Krimea dengan wilayah daratan Ukraina adalah salah satu contohnya.
Kini, rudal Jelajah Storm Shadow sumbangan dari Inggris,digunakan dalam serangan terhadap Markas Besar Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol, Krimea.
Lembaga pemikir Rusia, Rybar, melaporkan bahwa serangan Ukraina terhadap Markas Besar Armada Laut Hitam Rusia tersebut melibatkan tim yang terdiri dari 11 pesawat pengebom Su-24M.
Pesawat-pesawat Ukraina tersebut lepas landas dari lapangan terbang Starokostyantyniv.
Dari sebelas pesawat Su-24M yang dikerahkan tersebut, lima pesawat membawa rudal Storm Shadow.
Kesebelas pesawat terbang dalam formasi dan kemudian berpencar setelah mendekati perbatasan wilayah Odessa dan Mykolaiv.
Sembilan pesawat tetap berada di dalam area itu, sementara dua pesawat lainnya terbang ke selatan menuju Ochakiv.
Sekitar tengah hari, delapan rudal Storm Shadow diluncurkan ke Krimea.
Kelompok pengintai dari Perusahaan Militer Swasta Medvedi mencatat, dua Su-24M melakukan penerbangan dengan ketinggian rendah, yaitu sekitar 40 meter di atas permukaan air dan kemudian melakukan peluncuran rudal di atas Laut Hitam.
Menariknya, peluncuran rudal tersebut didahului oleh pesawat Ukraina yang melepaskan tiga rudal umpan, yaitu AGM-160 MALD untuk mengacaukan pertahanan udara Rusia.
Disebutkan, sistem pertahanan udara Pantsir-S1 dari Angkatan Udara ke-31 dan Divisi Pertahanan Udara mampu mencegat lima rudal jelajah yang masuk di atas Tanjung Tarkhankut dan lapangan terbang Belbek.
Di daerah Verkhnesadovoye, tiga Storm Shadow berhasil ditangkal. Rudal-rudal tersebut disinyalir akan menyerang bekas fasilitas militer di desa itu.
Beberapa jam sebelum penyerangan, sebuah drone pengintai jenis tak dikenal dikerahkan Ukraina untuk melakukan rute pengintaian di sekitar Tanjung Tarkhankut dan kemudian melakukan pengintaian di sebelah barat Kacha.
Hal menarik lainnya, Ukraina mengubah strategi penyerangan baru di mana serangan rudal jelajah dilakukan pada siang hari, dari yang biasanya pada malam hari.
Lebih jauh lagi, Ukraina menggunakan pola penyerangan dari ketinggian rendah, memanfaatkan kelemahan sistem pertahanan udara Rusia yang umumnya kesulitan untuk menangkal serangan-serangan udara dari ketinggian rendah tersebut.
Kepala intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan kepada Voice of America pada hari Sabtu bahwa setidaknya sembilan orang tewas dan 16 lainnya terluka akibat serangan Kiev terhadap Armada Laut Hitam pada hari Jumat.
Dia mengklaim bahwa Alexander Romanchuk, seorang jenderal Rusia yang memimpin pasukan di sepanjang garis depan utama tenggara, berada dalam kondisi yang sangat serius setelah serangan itu. Namun Klaim Budanov tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Pada 25 September, Ukraina mengklaim bahwa akibat serangan itu Laksamana Viktor Sokolov, Komandan Armada Laut Hitam Rusia bersama 34 perwira lainnya tewas. Sementara 105 lainnya luka-luka.
-RNS-
Para ahli perang Rusia harus bekerja lebih keras untuk menghadapi kecerdikan pasukan Ukraina yang dipandu oleh ahli dari Amerika dan Barat.