AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Boeing telah mendapatkan kontrak senilai 70,6 juta dolar AS dari Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) untuk menguji coba program pencegat hipersonik Glide Breaker.
Pencapaian ini diraih lebih dari setahun setelah DARPA awalnya meminta proposal mengenai teknologi yang mampu bertahan melawan ancaman hipersonik, seperti dilansir oleh Air Recognition (12/9).
Dalam fase baru ini, Boeing akan melakukan analisis dinamika fluida komputasi, uji terowongan angin, dan evaluasi efek interaksi jet aerodinamis selama pengujian penerbangan.
Pekerjaan tahap kedua program pencegat hipersonik Glide Breaker ini diharapkan selesai pada Februari 2027.
Program Glide Breaker menggunakan kendaraan ‘pembunuh’ khusus yang dapat diluncurkan dari sistem peluncuran vertikal Aegis MK-41.
Kemampuan ini memungkinkan pencegat untuk menghadapi ancaman hipersonik selama fase luncurnya, sebuah fitur unik yang membedakan program Glide Breaker dari sistem pertahanan rudal lainnya seperti THAAD (Terminal High Altitude Area Defense).
Awalnya, program ini berfokus pada pengembangan Diversion Attitude Control System (DACS) untuk membantu navigasi kendaraan pencegat tersebut. Sistem ini sangat penting untuk memandunya menuju sasarannya.
Pada Fase II, program ini akan menyelidiki interaksi kompleks antara jet DACS dan aliran hipersonik di sekitar kendaraan pencegat tersebut.
Program Glide Breaker DARPA dirancang khusus untuk melawan ancaman kendaraan luncur hipersonik tingkat lanjut, termasuk sistem seperti Avangard Rusia dan Staryy Sky dari China.
Senjata-senjata tersebut terkenal karena kecepatan dan kemampuan manuvernya yang luar biasa, mampu melaju dengan kecepatan melebihi Mach 5 dan mengubah lintasan penerbangan untuk menghindari sistem pertahanan rudal yang ada, membedakannya dari rudal supersonik tradisional yang mengikuti lintasan yang dapat diprediksi.
Kemampuan mereka untuk beroperasi dalam fase luncur, yaitu periode penerbangan stabil yang berkepanjangan di ketinggian, membuat mereka sangat sulit untuk dicegat.
Rudal hipersonik merupakan ancaman yang semakin besar terhadap keamanan Amerika Serikat. Bukan hanya karena potensi destruktifnya namun juga karena kecepatannya yang fenomenal.
Melaju dengan kecepatan melebihi Mach 5, rudal-rudal ini memiliki energi kinetik yang sangat besar sehingga memungkinkan mereka menembus fasilitas yang sangat terlindungi, seperti silo ICBM, bahkan dengan hulu ledak konvensional.
Energi kinetik ini, dikombinasikan dengan kecepatan hipersonik, juga memungkinkan rudal tersebut menghancurkan sasaran strategis lainnya seperti kapal induk, sehingga membuat pertahanan yang ada saat ini hampir menjadi usang.
-RBS-