AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Bangladesh sedang mencari pesawat tempur baru untuk memperkuat angkatan udaranya (BAF). Saat ini dua jet tempur buatan Eropa yakni Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon memiliki peluang yang sama untuk dipilih Dhaka.
Mendengar Dhaka membutuhkan jet tempur baru, dengan gerak cepat Presiden Prancis Emmanuel Macron ‘menjemput bola’ terbang ke pusat pemerintahan Bangladesh.
Ini adalah kunjungan pertama kalinya Presiden Prancis ke Bangladesh selama 33 tahun terakhir.
Yang dilakukan Macron tentu saja melobi Pemerintah Bangladesh untuk mengakuisisi Rafale di sela kunjungan resminya.
Hal ini ia lakukan dalam berbagai kesempatan seperti halnya terhadap Uni Emirat Arab di mana negara kaya di Asia Barat itu akhirnya memesan 80 jet Rafale versi terbaru dan selusin helikopter Super Puma dari Prancis pada Desember 2021.
Bangladesh memiliki rencana untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya berdasarkan program Tujuan Pasukan 2030.
Berdasarkan rencana tersebut, BAF sebelum ini telah dilengkapi dengan 16 jet tempur Chengdu J-7 dari Tiongkok.
Selain itu, Bangladesh juga mengajukan tender delapan Pesawat Tempur Multiperan (MRCA) pada tahun anggaran 2017-2018. Tender ini memungkinkan untuk memesan empat pesawat lagi pada tahap kedua.
“Bangladesh kemungkinan akan memilih pesawat Eropa – Eurofighter Typhoon atau Rafale Prancis. Namun belum ada keputusan final sebelum pemilu berikutnya,” kata pejabat Bangladesh kepada the EurAsian Times.
Sebelum mengunjungi Bangladesh, Presiden Macron berada di India untuk menghadiri KTT G20 di Ne Delhi.
Hubungan Perancis-Bangladesh telah mengalami peningkatan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Perdagangan bilateral antara kedua negara bernilai lebih dari tiga miliar Euro.
Untuk diketahui, satelit pertama Bangladesh, Bangabandhu-1, dibuat oleh perusahaan Perancis Thales.
Lalu, apakah Rafale atau Typhoon yang akan diakuisisi Bangladesh? Kita nantikan keputusannya.
-RNS-