AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dalam penyelenggaraan Forum Teknis-Militer Internasional Army-2023 yang diadakan di Wilayah Moskow, Kepala Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknik-Militer Dmitry Shugaev menyatakan bahwa pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Triumf serta peralatan terkait ke India diproses sesuai jadwal.
Ia menandaskan, produksi sistem rudal antipesawat jarak jauh S-400 berjalan sesuai rencana dan pengiriman juga sesuai waktu yang telah disepakati.
Sebelumnya pada Oktober 2018, India menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi lima skuadron rudal pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Skuadron pertama rudal S-400 ini telah diterima pada Desember 2021, diikuti yang kedua pada April 2022.
Kedua skuadron tersebut telah dikerahkan secara strategis untuk menjaga perbatasan dan memberikan pertahanan udara terhadap ancaman dari China.
Menurut News 18, sistem ini ditempatkan di sektor Ladakh di sepanjang “koridor Leher Ayam” yang sensitif di Benggala Barat.
Sementara skuadron ketiga diperkirakan akan dikerahkan di Punjab atau Rajasthan untuk melawan potensi serangan dari Pakistan.
Perjanjian pengadaan S-400 India-Rusia ini telah menjadi kontroversi karena potensi dampaknya terhadap hubungan India dengan Amerika Serikat (AS).
Paman Sam telah mengancam akan menjatuhkan sanksi pada India jika melanjutkan pembelian tersebut. Namun ancaman ini diabaikan oleh India.
India telah menyatakan bahwa perjanjian S-400 sangat penting untuk keamanan nasionalnya dan bahwa India tidak takut terhadap sanksi CAATSA AS.
India juga memperjuangkan haknya untuk mendiversifikasi akuisisi pertahanan dan mempertahankan otonomi strategisnya.
Mengenai S-400 Triumf (NATO: SA-21 Growler) adalah sistem pertahanan udara jarak jauh yang sangat canggih, mampu menembak jatuh pesawat musuh, rudal, dan drone pada jarak hingga 400 km.
Sistem ini dapat melacak target termasuk pesawat jet siluman (stealth) dan melibatkan hingga 80 target secara bersamaan.
-RBS-