AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Arab Saudi menyatakan minatnya untuk bergabung dengan program jet tempur generasi berikutnya yang melibatkan Inggris, Italia, dan Jepang.
Program yang dikenal sebagai Global Combat Air Program (GCAP) atau Team Tempest itu bertujuan untuk memproduksi pesawat tempur generasi keenam yang dapat diekspor mulai tahun 2035.
Keinginan Arab Saudi kerajaan untuk bergabung dengan proyek tersebut, telah disampaikan pada bulan Juli ketika Riyadh mengirimkan permintaan langsung kepada pemerintah Jepang untuk menjadikan GCAP sebagai program empat negara.
Inggris telah mengatakan bersedia untuk memasukkan sekutu Timur Tengahnya ke dalam proyek tersebut, mengingat kemitraan strategis mereka di berbagai bidang, termasuk pertahanan, menurut sebuah laporan.
“Kami melihat Arab Saudi sebagai mitra utama dalam program tempur dan kami sedang bekerja untuk memastikan kemajuan yang kuat secepat mungkin,” kata seorang sumber senior pertahanan Inggris, seperti dikutip Nikkei Asia.
Jika diizinkan, Riyadh berjanji untuk menawarkan kontribusi keuangan yang signifikan untuk proyek yang diperkirakan menelan biaya puluhan miliar dolar AS tersebut.
Partisipasinya juga kemungkinan akan mencakup kontribusi keahlian tekniknya dalam berbagai fase program.
Berbeda dengan Inggris dan Italia yang menyetui pengajuan tersebut, Tokyo disebut dengan tegas menentang usulan keanggotaan Arab Saudi di GCAP.
Menandatangani kemitraan bersama dengan London dan Roma bukanlah langkah mudah bagi Jepang karena harus membatalkan larangan ekspor senjata selama puluhan tahun untuk proyek jet tempur.
Pejabat Jepang mengatakan Riyadh hanya akan memperumit diskusi tentang negara mana yang diizinkan untuk membeli pesawat tersebut.
Selain itu, Jepang percaya bahwa memiliki anggota lain pada tahap program ini akan menunda produksi jet tempur tersebut.
Meskipun menjanjikan kontribusi finansial yang besar, ada keraguan tentang apakah Arab Saudi akan memiliki sesuatu yang signifikan untuk ditawarkan secara teknologi.
Ketertarikan negara kaya minyak itu untuk bergabung dengan GCAP dilaporkan dipicu oleh penundaan tak terduga dalam pengiriman pesawat Eurofighter Typhoon.
Lebih dari lima tahun yang lalu, Arab Saudi dan Inggris menandatangani perjanjian untuk pasokan 48 pesawat yang akan ditambahkan ke armada 72 Typhoon kerajaan saat ini.
Namun, London menangguhkan penjualan senjata ke Riyadh pada 2019 karena pemerintah Inggris gagal menilai dengan tepat risiko bahaya sipil.
-RNS-