AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dua jet tempur siluman F-35 pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat memepet secara berbahaya dua jet tempur Su-35 milik Rusia di atas wilayah Suriah.
Wkil Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah Laksamana Muda Vadim Kulit mengatakan hal itu pada hari Selasa (15/8).
Dikatakan, peristiwa terjadi pada hari Senin siang waktu Moskow.
“Antara pukul 12:35 dan 12:50 waktu Moskow pada 14 Agustus, dua jet tempur F-35 dari pasukan koalisi secara berbahaya mendekati dua pesawat Su-35 milik Angkatan Dirgantara Rusia di ketinggian sekitar 9.100 meter di Al Tanf,” ujar Kulit seperti diwartakan TASS.
Ditambahkan, jet Su-35 Rusia saat itu sedang melakukan penerbangan terjadwal di sepanjang perbatasan selatan Suriah.
“Pilot Rusia menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi. Pilot segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah tabrakan dengan pesawat koalisi,” tambahnya.
Menurut Kulit, manuver jet F-35 tersebut menciptakan ketegangan di wilayah udara Suriah dan dapat menyebabkan insiden maupun bencana udara.
Ajang gesekan di udara
Sejauh ini Suriah telah menjadi ajang gesekan antara pesawat-pesawat koalisi NATO dan pesawat Rusia, baik pesawat berawak maupun pesawat tanpa awak.
Pada bulan 6 Juli lalu, jet Su-35S dilaporkan telah mengganggu lintasan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper milik Angkatan Udara AS (USAF) dengan cara melepaskan suar parasut ke depan lintasan UCAV tersebut.
Tidak sampai 24 jam berikutnya, muncul informasi di Twitter yang menyebut Su-35S juga mengganggu penerbangan jet tempur Rafale milik Angkatan Udara dan Antariksa Prancis (AAE) di perbatasan Suriah-Irak.
Peristiwa itu diberitakan oleh Staf Operasi Militer Angkatan Bersenjata Prancis (EMA) melalui akun media sosialnya.
Dituliskan bahwa, “Pada 06/07, Rafale sedang melaksanakan misi perlindungan di perbatasan Irak-Suriah, bereaksi terhadap interaksi non-profesional oleh SU-35 Rusia. Pilot Prancis bermanuver untuk mengendalikan risiko kecelakaan sebelum melanjutkan patroli mereka.”
Prancis menyebut manuver yang dilakukan oleh Su-35 itu disebut sebagai tingkah laku yang tidak profesional.
Dalam cuitannya, EMA mengunggah foto yang memperlihatkan dua jet tempur Rafale tengah mengudara dan satu Rafale yang telihat sedang terbang.
Satu foto lainnya memperlihatkan Su-35 dalam bidikan Rafale.
Namun setelah itu kedua pilot Rafale memilih untuk mengendalikan risiko dan terbang menjauh untuk melanjutkan patroli.
Diketahui, saat itu kedua jet Rafale AAE sedang melaksanakan Operasi Chammal.
Operasi Chammal adalah operasi militer Prancis di Irak dan Suriah untuk membantu membatasi perluasan Negara Islam Irak dan Syam serta untuk memberikan perlindungan terhadap Angkatan Darat Irak.
Operasi ini telah dimulai sejak tahun 2014 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Pada tanggal 26 Juli 2023, muncul laporan lain bahwa dua jet tempur Su-35 Rusia kembali merusak drone MQ-9 Reaper milik USAF di langit Suriah.
Dilaporkan, dua Su-35 mendekati MQ-9 dan salah satunya menjatuhkan suar, menyerang, serta merusak sayap kiri drone itu di beberapa bagian.
Berbeda dengan pernyataan AS, pihak Rusia menyatakan hal yang berbeda. Laksamana Muda Oleg Gurinov, pejabat militer Rusia di Suriah mengatakan, AS telah memprovokasi terjadinya insiden tersebut.
Ia menyebut MQ-9 telah mendekati jet Rusia dan sangat membahayakan sehingga pilot Rusia melepaskan suar untuk mempertahankan diri, seperti dilaporkan Interfax.
Gurinov mengklaim sensor di dalam pesawat memicu operasi otomatis sistem pertahanan di dalam pesawat dan penembakan target termal palsu.
Merespons hal itu, seorang pejabat AS membantah dan menyatakan bahwa MQ-9 yang digerakkan oleh baling-baling yang mendekati jet Rusia merupakan pernyataan yang menggelikan.
Tiga hari sebelumnya, pada 23 Juli, Su-35 Rusia juga melepaskan suar, mengenai baling-baling MQ-9. Akibat insiden itu drone MQ-9 kembali ke pangkalan dengan selamat.
-RNS-
Biasanya pilot Rusia yang seperti itu, sekarang mareka digertak oleh pilot USAF langsung ‘ambil sikap’ menghindari potensi bahaya yang bisa terjadi di udara saat itu
Pemerintah Syria tidak mengundang kehadiran pesawat” NATO dan Amerika untuk melakukan patroli rutin di wilayah langit Syria. PBB hanya berguna untuk AS dan sekutunya