AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Militer Belarus dikabarkan melakukan latihan lapangan dengan tujuan meningkatkan koordinasi operasional antara Sistem Peluncur Roket Multilaras (MLRS) V-200 Polonez bersama sistem udara tak berawak (drone).
Latihan saat ini berlangsung di wilayah Grodno, Belarus, dekat dengan Celah Suwalki perbatasan Polandia dan Lituania, seperti diberitakan Sputnik pada 8 Agustus 2023.
Selama latihan, anggota Brigade Artileri ke-231 secara aktif berpartisipasi untuk membiasakan diri dengan sistem V-200 Polonez.
Sepanjang latihan, para peserta berkonsentrasi untuk mendapatkan wawasan tentang aspek teknis dan taktis dari sistem peluncur roket V-200 Polonez. Termasuk pelatihan tentang mekanisme kontrol, prosedur akuisisi target, dan protokol penembakan.
Para operator juga terlibat dalam latihan berupa serangan roket untuk menilai koordinasi antara sistem peluncur V-200 Polonez dengan drone Supercam-S350 dan Supercam-S100.
Mengenai V-200 Polonez, adalahMLRS yang dikembangkan oleh Plant of Precise Electromechanics dan diresmikan pada 9 Mei 2015 saat parade militer di Minsk.
Sistem ini dibekali dua rak yang menampung roket kaliber 300 mm yang ditempatkan di atas truk militer kelas berat MZKT-7930 8X8.
Polonez mampu meluncurkan berbagai jenis roket, termasuk peluru kendali (rudal), dengan berbagai jenis hulu ledak, seperti peledak tinggi, fragmentasi, atau bahkan amunisi berpemandu presisi. Jangkauan tembakan maksimumnya mencapai 200 km.
Versi ditingkatkan yang disebut Polonez-M dengan jangkauan tembak 290 km mulai resmi digunakan oleh Angkatan Darat Belarusia pada Mei 2019.
Pada 2018 sistem V-200 Polonez diekspor ke Azerbaijan yang selanjutnya digunakan dalam perang melawan Armenia atau yang dikenal dengan Konflik Nagorno-Karabakh 2020.
-RBS-
Maaf kasar. Hanya gregetan dengan konyolnya bangsa slavik ini. Setelah bangsa mereka direndahkan dibawah kependudukan N4zi Jerman, dan menderita dibawah kendali k0munis Soviet. Sekarang saat sudah berdiri sendiri dan berdemokrasi menentukan nasib dan masa depan sendiri, mereka membiarkan diri mereka diseret berbagai kepentingan (bagi saya kedua kubu yang memperebutkan negara-negara ini, sama buruknya). Dan sekarang negara-negara yang memiliki akar kebangsaan yang sama ini saling berhadap-hadapan. Semoga Indonesia maupun Asia Tengara todak seperti mereka.