AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Industri pertahanan Rusia telah berhasil menyelesaikan desain dan produksi kendaraan pengangkut pasukan lapis baja amfibi BT-3F pesanan Indonesia. Kendaraan tempur ini dirancang khusus untuk Korps Marinir, TNI Angkatan Laut.
Pencapaian ini baru saja diumumkan oleh layanan pers Precision Complexes Group yang merupakan bagian dari perusahaan milik negara Rusia, Rostec.
Dikatakan, hasil kolaborasi antara Kurganmashzavod dan perusahaan SKBM telah berhasil mengembangkan proyek BT-3F tersebut.
Untuk diketahui, BT-3F dikembangkan atas permintaan Indonesia melalui pengadaan oleh Kementerian Pertahanan RI tahun 2019.
Kendaraan transportasi pasukan lapis baja serbaguna ini dirancang untuk memberikan mobilitas dan daya tembak sambil memastikan keselamatan awak dan penumpangnya.
BT-3F dilengkapi dengan stasiun senjata yang dioperasikan dari jarak jauh yang dipersenjatai dengan senapan mesin 7,62 mm. Selain itu, dilengkapi dengan senapan mesin 7,62 mm kedua.
Kendaraan amfibi ini dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti perangkat night vision thermal imaging, laser rangefinder, dan berbagai sistem penargetan.
BT-3F juga dilengkapi sistem perlindungan terhadap radiasi NBC atau Nubika (nuklir, biologi, kimia), memastikan keselamatan awak terhadap ancaman lingkungan.
Armor BT-3F dirancang dapat menahan tembakan peluru senjata kaliber kecil dan pecahan munisi artileri, memberikan tingkat keamanan yang penting di medan perang.
Kendaraan berbobot 18,5 ton ini mampu mencapai kecepatan tertinggi 70 km/jam dan memiliki jangkauan 600 km.
BT-3F dapat membawa hingga 15 orang sekaligus (2 awak dan 13 personel pasukan bersenjata). Kendaraan berdimensi panjang 7,0 m, lebar 3,3 m, dan tinggi 3,0 m..
Dilaporkan produksi awal prototipe BT-3F telah selesai, dengan uji coba yang berhasil dilakukan pada akhir tahun 2022 lalu.
Sebelumnya, pada tahun 2019 Indonesia memesan sebanyak 21 unit BT-3F dengan nilai 67,2 juta dolar AS.
Namun belum ada kejelasan mengenai pembayaran oleh pihak Indonesia. Pada 22 Juni 2023, Airspace Review mengutip Interfax memberitakan, menurut Layanan Federal untuk Militer- Kerja Sama Teknik (FSMTC) Rusia, kontrak pengadaan BT-3F ini belum berlaku (belum berstatus come into force).
“Kontrak untuk penyediaan kendaraan tempur infanteri BT-3F dan pengangkut personel lapis baja BMP-3F ke Republik Indonesia telah ditandatangani pada April 2019, tetapi sejauh ini, karena alasan tertentu, kontrak tersebut belum berlaku,” kata FSMTC saat itu.
-RBS/RNS-
terus bagaimana ini? jadi dibeli atau tidak? takut sama USA dan 2 sekutu dekat nya….?
kalau batal ya memalukan sekali…
Padahal kita butuh banget ini. Sesuai dengam doktrin korps marinie. Seharusnya gak kena CAATSA karena bukan termasuk lethal kaya rudal atau pesawat tempur. Daripada yang btr-4 pengembangan ukraina yang hampir tenggelam.
Sayang bangwt kalo batal. Gak bisa pake cara operasi alpha ya? Via China, kalau Korea Utara atau Iran masih kena sanksi.