AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dalam sebuah pertunjukan terbuka Penerbangan Angkatan Udara 2023 baru-baru ini di Changchun, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) mempresentasikan sistem peperangan elektronik terbarunya, stasiun pelacakan dan jamming rantai data RCT195B.
Sistem yang dipasang di truk ini dirancang untuk menargetkan tautan data udara musuh dan dilengkapi dengan Antena Dipol Log-Periodik (LPDA) untuk aplikasi Bandwidth Ultra Lebar (UWB).
Sistem pelacakan rantai data RCT195B dan stasiun jamming yang ditampilkan selama acara tersebut memainkan peran penting dalam Peperangan Elektronik (EW) modern, seperti dilansir (diberitakan) oleh Army Recognition (26/7).
Gangguan radio, seperti yang dilakukan oleh sistem ini, melibatkan interferensi, pemblokiran, atau gangguan yang disengaja pada komunikasi nirkabel.
Hal ini dapat dilakukan melalui cara yang jelas, seperti memasukkan noise atau sinyal interferensi yang mengganggu transmisi normal, atau melalui metode yang lebih canggih seperti gangguan halus, di mana interferensi lebih sulit dideteksi.
Seiring kemajuan teknologi, RCT195B dapat secara efektif mengganggu tautan data udara musuh dan mengganggu sinyal digital kompleks menggunakan teknik modulasi seperti QPSK.
Gangguan ini dapat menghambat proses komunikasi dan mencegah terciptanya koneksi yang sah.
Sementara gangguan radio adalah strategi kepentingan militer yang strategis, penting untuk mempertimbangkan bahwa gangguan radio yang disengaja dianggap ilegal di banyak negara karena potensinya untuk mengganggu komunikasi penting, layanan darurat, dan transmisi radio yang sah.
-RBS-