AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Inggris mempelajari berbagai senjata dan peralatan militer Rusia yang berhasil ditangkap atau disita di Ukraina. Persenjataan-persenjataan tersebut dianalisis untuk kemudian digunakan dalam pengembangan senjata dan taktik baru, kata Kementerian Pertahanan Inggris sebagaiamana diberitakan The War Zone.
Kendaraan lapis baja Rusia adalah fokus studi khusus, sementara konsep baru yang dikembangkan sebagai tanggapan terhadap perang di Ukraina termasuk kendaraan mobilitas tinggi yang dipersenjatai dengan rudal anti-lapis baja Brimstone, serta infanteri yang mengendarai sepeda elektronik sambil membawa senapan recoilless, tambah keterangan tersebut.
Hal itu terungkap dalam sebuah acara di Barak Wellington Angkatan Darat Inggris di pusat Kota London, yang dihadiri oleh Laksamana Sir Tony Radakin, Kepala Staf Pertahanan, dan Ben Wallace, Menteri Pertahanan Negara yang akan pensiun.
Para pejabat pertahanan berbicara kepada media menjelang perilisan Defense Command Paper terbaru hari ini, yang menetapkan rencana masa depan untuk Angkatan Bersenjata Inggris.
Dilaporkan, Inggris sedang melakukan apa yang disebut Eksploitasi Material Asing (FME), program yang menggunakan peralatan Rusia yang ditangkap di Ukraina.
Hal tersebut dinilai berguna mengingat berbagai hal tak terduga yang bersifat intelijen untuk diketahui lebih lanjut. Bahkan, Amerika Serikat pun melakukan hal yang sama.
“Ini sangat penting karena kami berada di klub negara sehingga ketika kami mendapatkan kit Rusia atau kit negara lain yang mungkin berbahaya bagi kami di masa depan, kami berbagi pengetahuan itu,” ujar Laksamana Radakin.
Radakin juga merujuk secara khusus pada FME yang melibatkan kendaraan militer Rusia.
“Kami juga memiliki ilmuwan yang mengungkap detail yang mungkin dimiliki negara lain ke tingkat yang benar-benar forensik, dan itu membantu kami untuk memahami: bagaimana cara kerja peralatan mereka. Bagaimana kita bisa mengalahkannya, bagaimana kita bisa memiliki baju besi yang lebih baik, bagaimana kita bisa mengganggu komunikasi mereka, bagaimana kita bisa memastikan bahwa kita bisa menembus pertahanan mereka,” ujarnya.
-Poetra-