AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Salah satu kejutan dalam penyelenggaraan Paris Air Show 2023 kali ini adalah kemunculan untuk pertama kalinya drone bersenjata Aarok buatan dalam negeri Prancis.
Aarok merupakan drone jenis MALE (Medium-Altitude, Long-Endurance) untuk peran ISR (Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian) serta misi penyerangan.
Drone berukuran cukup besar ini dirancang dan dikembangkan oleh perusahaan yang kurang begitu dikenal sebelumnya, yakni Turgis & Gaillard.
Seperti dilansir The War Zone (16/6), Turgis & Gaillard telah mengembangkan Aaronk selama tiga tahun. Perusahaan ini mulai berdiri sejak 2011.
Untuk spesifikasinya, Aarok memiliki berat landas maksimum (MTOW) 5,4 ton dengan muatan total hingga 2.700 kg (termasuk muatan senjata 1.500 kg).
Pesawat dengan bentang sayap 21,9 m ini dibekali satu mesin turboprop Pratt & Whitney Canada (PWC) PT6 berkekuatan 1.200 hp. Aarok dapat beroperasi selama 24 jam penuh.
Kedepannya, Turgis & Gaillard berencana memasang mesin turboprop buatan Prancis sendiri yakni Safran Ardiden 3.
Paket ISR untuk Aarok akan menyertakan sensor optronik dan elektromagnetik berperforma tinggi, berupa Wescam MX-25 atau Euroflir 610 sebagai opsi.
Sebagai senjata pemukul, Aarok akan dipersenjatai dengan rudal udara permukaan buatan dalam negeri AASM Hammer yang diproduksi oleh Safran Electronics & Defense.
Aarok juga dapat dipersenjatai dengan rudal udara ke permukaan lainnya yAGM-114 Hellfire buatan Lockheed Martin, AS.
Target pengguna Aarok adalah militer Prancis dan juga kebutuhan ekspor. Di kelasnya, Aarok akan bersaing dengan MQ-9 Reaper dari AS, CH-4 China, dan Bayraktar TB2 dari Turkiye.
Saat ini AU Prancis sendiri telah mengoperasikan selusin drone intai bersenjata MQ-9 Reaper buatan General Atomics Aeronautical Systems.
-RBS-