AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Keberhasilan pendaratan pasukan Sekutu di Pantai Normandia, Prancis pada 6 Juni 1944 yang dikenal sebagai D-Day, didahului dengan serangkaian persiapan yang tidak mudah, dimulai sejak Desember 1043.
Tidak hanya itu, persiapan operasi pendaratan terbesar dalam sejarah ini juga pada akhirnya memakan korban kurang lebih 700 prajurit pasukan Sekutu, tepatnya prajurit Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS, saat melaksanakan latihan pendaratan bersandi “Exercise Tiger”.
Untuk dapat melakukan pendaratan di pantai tujuan, Sekutu sebelumnya harus dapat memastikan mereka dapat mencapai hasil yang diinginkan. Artinya mereka harus melatih pasukan mereka terlebih dahulu untuk menghadapi apa pun yang akan mereka hadapi di sepanjang pantai Normandia.
Exercise Tiger (Latihan Harimau) merupakan latihan pendaratan dan penembakan langsung yang dilaksanakan secara nyata. Latihan ini dilaksanakan di Slapton Sands, sebuah pantai di Devon, Inggris. Tempat ini dipilih karena sangat mirip dengan Pantai Utah, yang akan menjadi pantai pendaratan pasukan AS dengan dukungan dari pengeboman Angkatan Laut Inggris. Pantai ini bertabur kerikil dan memiliki sebidang tanah memanjang yang berbatasan dengan danau.
Agar latihan tidak membahayakan warga setempat, sebanyak 3.000 penduduk yang tinggal di daerah itu dievakuasi terlebih dahulu. Setelah semua warga mengungsi, pantai Slapton Sands kemudian ditutupi dengan ranjau, penghalang beton, dan kawat berduri layaknya biasa dilakukan musuh dalam menghadang pasukan lawan yang akan datang.
Sejumlah kapal kemudian didatangkan untuk memberikan perlindungan. Terdiri dari tiga kapal torpedo motor, empat kapal perusak kelas O, dan dua kapal motor bersenjata. Selain itu, tiga Motor Torpedp Boat juga dikerahkan ke dekat Cherbourg, pangkalan di mana Jerman menempatkan armada E-boat (Kapal Serang Cepat)-nya.
Sembilan Kapal Pendarat Tank (LST) disiagakan untuk melaksanakan latihan pendaratan langsung, yang akan melibatkan 30.000 tentara Sekutu. Seluruh persiapan dilakukan oleh pasukan Sekutu secara rahasia.
Meski demikian, rahasia itu tetap saja bocor. Jerman nyatanya mendapatkan informasi penting intelijen. Jerman kemudian menerbangkan pesawat pengintai dari Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) ke area tersebut untuk memastikan apa yang akan dilakukan Sekutu, seperti ditulis Clare Fitzgerald dan dipublikasikan di War History Online.
Fase pertama latihan
Fase pertama Latihan Harimau dilaksanakan pada 22-25 April 1944, berpusat di sekitar tempat latihan embarkasi dan marshaling (penyiapan peralatan). Setelah itu fase kedua dilaksanakan pada tanggal 26 April. Latihan Hariman sendiri rencananya dilaksanakan hingga tanggal 30 April.
Gelombang pertama pasukan menaiki kapal LST untuk melakukan simulasi penyeberangan melintasi Selat Inggris. Mereka diperintahkan untuk melintasi selat yang lebar itu dan akan tiba di Slapton Sands saat fajar menyingsing keesokan harinya.
Dalam fase ini pasukan Sekutu akan dihadapkan pada skenario tembakan langsung, karena Jenderal Dwight D. Eisenhower, Panglima Tertinggi Sekutu, ingin para prajurit mengetahui apa yang akan mereka hadapi saat D-Day tiba nantinya.
Jam-J pendaratan telah ditetapkan pada pukul 7:30 pagi. Namun hal itu kemudian diundur satu jam oleh Laksamana Angkatan Laut AS, Don Moon. Hal ini menimbulkan kekeliruan, sebab beberapa LST tidak menerima pesan tersebut dan kapal tiba di pantai Slapton Sands tepat seperti waktu yang telah ditetapkan di awal perencanaan pada saat mereka akan diserang.
Meskipun jumlah pasti korban tidak diketahui, informasi menyebut sekitar 450 prajurit kehilangan nyawa dalam pengeboman yang sebenarnya merupakan tahap latihan itu.
Tengah malam pada tanggal 28 April 1944, sembilan E-boat Jerman di bawah komando Korvettenkapitän Bernd Klug berangkat dari Cherbourg untuk berpatroli di Selat Inggris. Di sana terdapat Konvoi T-4 Sekutu, terdiri dari delapan LST yang membawa kendaraan militer dan prajurit berperalatan lengkap.
Sekitar pukul 01.30, Klug melihat siluet LST Sekutu. Ia kemudian membagi enam E-boat-nya menjadi dua kelompok. E-boat lainnya memasuki pertarungan setelah melihat suar dan peluru pelacak.
Sementara itu, dari pihak Sekutu dua kapal Inggris ditugaskan untuk mengawal Konvoi T-4. Namun hanya satu kapal, yaitu HMS Azalea (K25) yang ada di sana, karena HMS Pedang (H21) berada di Plymouth sedang menjalani perbaikan. Sementara kapal pengganti, HMS Saladin, belum sampai ke lokasi. HMS Azalea kemudian memimpin LST dalam garis lurus.
Serangan Jerman menghancurkan empat kapal Sekutu

Tanpa diduga, tiba-tiba datang serangan Jerman yang berhasil menghancurkan empat kapal sekutu. USS LST-289 Sekutu terbakar setelah sebuah torpedo menghantam buritannya yang mengakibatkan hilangnya 13 personel. Namun, kapal ini masih bisa berhasil kembali ke pantai.
USS LST-507 terbakar setelah terkena torpedo Jerman, yang mengakibatkan kematian 202 prajurit Amerika. USS LST-511 juga terkena tembakan yang megnakibatkan 18 personel terluka. Sedangkan USS LST-531 terkena dua torpedo, mengakibatkan ledakan besar yang menewaskan 424 anggota Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS.
Kapal-kapal Sekutu yang masih hidup kemudian membalas tembakan ke arah Jerman. Pertempuran berakhir sekitar pukul 03.30, kurang lebih dua jam setelah dimulai.
Disebutkan bahwa kurang lebih dari 700 prajurit Sekutu tewas dalam latihan fase tersebut. Data yang paling banyak menyebut jumlah korban tewas 749 orang, terdiri dari 551 prajurit Angkatan Darat AS dan 198 personel Angkatan Laut AS.
Mayoritas dari mereka yang kehilangan nyawa adalah setelah kapal mereka terkena torpedo Jerman. Mereka yang tenggelam tewas karena tidak mengenakan jaket pelampung dengan benar, sebab mereka tidak pernah diajari cara memakainya.
Mengingat para prajurit mengenakan tas punggung yang berat, mayoritas dari mereka mengenakan rompi di pinggang mereka yang berarti beban tas mereka membuat mereka terbalik di dalam air. Selain itu, siapa pun yang berhasil bertahan di atas permukaan akan mengalami hipotermia, mengingat suhu air yang dingin.
Latihan Harimau menjadi insiden pelatihan paling tragis yang melibatkan pasukan AS selama Perang Dunia Kedua. Dwight D. Eisenhower baru mengetahui tentang serangan yang mematikan itu pada tanggal 29 April 1944. Dia sangat marah atas laporan tersebut. Dia marah setelah mengetahui bahwa konvoi kapal Sekutu telah melakukan perjalanan dalam garis lurus, bukannya menggunakan pola zigzag yang jauh lebih aman.
Serangan E-boat Jerman juga menunjukkan kepada Eisenhower bahwa Jerman mengetahui langkah Sekutu yang sedang membangun kekuatan besar di Inggris Raya. Jerman mengetahui Sekutu akan melakukan serangan skala besar. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa 10 prajurit Amerika yang mengetahui rencana D-Day hilang.
Sepuluh orang itu, semuanya anggota Brigade Khusus Insinyur 1. Mereka adalah yang mengetahui kapan dan di mana prajurit Amerika akan mendarat di Pantai Utah dan Pantai Omaha.
Tidak diketahui apakah mereka ikut tewas dalam serangan itu. Eisenhower hampir membatalkan pendaratan Normandia. Dia memerintahkan agar orang-orang itu ditemukan, bersama dengan semua dokumentasi yang mereka bawa.
Seperti yang telah disebutkan di atas, sebagian besar korban jiwa disebabkan oleh para prajurit yang tidak dilatih tentang cara mengenakan rompi pelampung dengan benar. Dari hasil temuan ini para prajurit pun kemudian mendapat pelatihan khusus cara mengenakan rompi pelampung. Selain itu, beberapa kapal/boat kecil diorganisir untuk menyelamatkan siapa saja yang terdampar di perairan lepas pantai Normandia.
Penyesuaian terbesar terkait dengan frekuensi radio Sekutu. Alasan utama mengapa kapal Inggris tidak pada tempatnya malam itu adalah karena masalah radio. Masalah ini juga menjadi penyebab LST Sekutu tidak menyadari kehadiran E-boat Jerman.
-Poetra-