Masa depan dirgantara Turkiye, TF-X atau kembali ke F-35

F-35A TurkiIstimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tanggal 28 Mei 2023 akan menjadi penentu apakah Turkiye akan kembali ‘berkiblat’ ke Amerika Serikat (AS) atau tetap menjadi ‘anak nakal’ yang susah diatur.

Turki telah dikeluarkan dari Program F-35 oleh AS karena di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan Turki melawan kebijakan Washington yang melarang membeli Sistem Pertahanan Udara S-400 dari Rusia.

Washington mengatakan, S-400 membahayakan bagi F-35 karena tidak sesuai dengan sistem NATO.

Pemilihan Presiden Turkiye telah dilangsungkan pada 14 Mei, namun belum menghasilkan suara terbanyak yang dapat meloloskan kandidat menjadi presiden. Sebab, perolehan suara tertinggi yang diraih Erdogan pun belum melewati ambang 50% + 1 sebagai syarat mutlak kemenangan.

Erdogan hanya memperoleh 49% suara, unggul 5% dari pesaing terberatnya pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu yang memperoleh 44% suara. Pilpres Turkiye pun masuk ke putaran kedua pada tanggal 28 Mei mendatang untuk menentukan pemenangnya.

Jika Kilicdaroglu menang, ia membawa janji untuk kembali ke ‘demokrasi sejati’. Turkiye dapat mulai mengorientasikan dirinya kembali ke Barat dan lebih baik menyelaraskan diri dengan mitra NATO-nya. Turkiye pun akan bersatu dengan kebijakan NATO melawan agresi Rusia di Ukraina, tulis Airforce Technology.

Sementara jika Erdogan dapat mempertahankan kembali kekuasaannya, seperti telah berjalan selama selama beberapa dekade, kemungkinan besar Ankara akan terus memposisikan dirinya secara geopolitik. Turkiye akan menjadi ‘jembatan’ antara Timur dan Barat tetapi berpotensi lebih selaras dengan Moskow.

Pergeseran Turkiye dari struktur kekuatan Barat dan menuju Rusia telah menjadi tema selama beberapa tahun, dengan Ankara kemungkinan merasa dilecehkan oleh Uni Eropa yang berlarut-larut dalam keanggotaannya.

Bisakah Turkiye masuk kembali ke program F-35?

James Marques, analis kedirgantaraan dan pertahanan di GlobalData mengatakan, ada kemungkinan Turkiye kembali masuk ke Program F-35.

Namun, kalaupun skenarionya begitu maka Ankara harus melakukan penilaian ulang yang lebih luas dari seluruh strategi industri pertahanan negara.

“Program itu akan membawa banyak manfaat ekonomi pada saat Turki sedang berjuang, dan kesepakatan baru bisa menjadi simbol untuk mengatur ulang hubungan yang penuh dengan Barat. Tapi itu tidak sesederhana kelihatannya, AS kemungkinan akan menginginkan sesuatu sebagai balasannya,” kata Marques.

Menteri Pertahanan Turkiye saat ini bersikeras bahwa yang mereka inginkan hanyalah pengembalian uang yang telah mereka masukkan ke dalam F-35, tetapi ini bisa saja hanya gertakan dan dia mungkin akan segera pergi, tambahnya.

Satu-satunya rintangan terbesar untuk masuknya kembali Turkiye ke dalam program F-35, menurut Marques, adalah sistem rudal S-400 yang diperoleh dari Rusia pada tahun 2019.

“AS telah mencoba untuk mendapatkan akses ke sistem ini baik untuk intelijen mereka dan kemungkinan sumbangan ke Ukraina – tetapi mereka juga mungkin tidak akan pernah memberikan Turkiye F-35 sementara mereka memiliki 400,” kata Marques.

Bahkan dengan prospek dari keduanya, teknologi yang bersaing dalam militer yang sama dipandang sebagai risiko intelijen yang terlalu besar.

Turkiye akan terus berinvestasi dalam proyek pertahanan dalam negeri dalam jangka panjang tetapi juga telah menunjukkan kesediaan untuk membeli kombinasi peralatan asing sambil mengembangkan kemampuan mereka sendiri.

Menurut Marques, Militer Turki menyukai strategi investasi dalam campuran peralatan baru sambil juga meningkatkan sistem lama, yang digambarkan sebagai campuran tinggi-rendah.

Turkiye melihat platform kelas atas digunakan untuk melawan ancaman yang lebih besar dan peralatan yang lebih terjangkau untuk yang lebih kecil guna kebutuhan sehari-hari.

“Anda dapat melihat ini di armada jet mereka saat ini dengan F-4 lama dan F-16 baru serta tank Angkatan Darat. TF-X saat ini belum terbukti, dan biayanya mungkin terlalu tinggi, terutama dengan situasi ekonomi yang buruk. Sebuah pemerintahan baru juga dapat mengubah banyak hal. Tapi Turki sering kali mau mencampurkan kit asing dan domestik,”j elas Marques.

Waktu akan menjawab apakah Turkiye akan kembali dipercaya oleh AS dengan kemampuan yang hanya diperuntukkan bagi sekutu terdekat atau tidak. Semua akan ditentukan oleh Presiden Turkiye terpilih pada akhir bulan ini.

-Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *