Intip Angkatan Udara Amerika Latin (9): Argentina

Angkatan Udara Argentina _ airspace ReviewIstimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Argentina (Fuerza Aérea Argentina/FAA) didirikan pada 4 Januari 1945. Saat ini diperkuat oleh hampir 14.000 personel.

Namun sejarahnya telah dimulai pada 10 Agustus 1912, tatkala didirikannya Escuela de Aviación Militar (Sekolah Penerbangan Militer).

Pasca perang dengan Inggris dalam Perang Malvinas (Falklands) tahun 1982, FAA mengalami kemunduran luar biasa.

Selama Perang Malvinas tersebut, FAA harus kehilangan sejumlah besar armadanya, total 62 pesawat.

Pesawat yang hilang terdiri dari 19 A-4 Skyhawk, 2 Mirage III, 11 IAI Dagger, 2 Canberra, 24 IA-58 Pucará, 1 C-130H Hercules, 1 Learjet 35, dan 2 Bell 212.

Memasuki era milenium baru, FAA mulai memodernisasi armadanya dengan membeli 36 pesawat tempur bekas A-4 Skyhawk dari Amerika Serikat (AS).

Pesawat kemudian di-upgrade oleh Lockheed Martin menggunakan avionik F-16 Fighting Falcon menjadi A-4AR Fighting Hawk.

Selanjutnya, pengembangan pesawat jet latih tempur baru buatan lokal juga dilakukan, melahirkan FMA IA-63 Pampa lll.

Pasca Perang Malvinas, Inggris mulai memberlakukan embargo senjata terhadap Argentina dan masih berlaku hingga saat ini.

Beberapa kali Argentina terganjal oleh embargo ini, seperti pembelian Mirage F1M bekas Spanyol yang dibatalkan oleh pemerintah Spanyol pada Maret 2014 setelah terjadi tekanan dari Inggris.

Lalu niat pembelian jet tempur IAI Kfir Block 60 dari Israel juga gagal terlaksana. Kesepakatan dengan Israel dilaporkan terhenti karena alasan teknis dan politis.

Inggris juga berhasil memveto penjualan Saab JAS-39 Gripen E/F Swedia karena 30 persen suku cadang Gripen diproduksi oleh Inggris.

Tahun 2019, Argentina berniat mengakuisisi jet tempur ringan KAI FA-50 Korea Selatan, lagi-lagi kesepakatan ini batal pada tahun 2020 karena tekanan Inggris.

Peluang ini diambil oleh China yang dikabarkan menawarkan Argentina dengan pesawat tempur multiperan Chengdu JF-17 Thunder.

Namun penjualan JF-17 juga sepertinya sulit terwujud karena kursi lontarnya yakni MK6 diproduksi oleh Martin-Baker, Inggris.

Peluang lain modernisasi jet tempur FAA datang dari Rusia yang menawarkan MiG-35 Super Fulcrum, namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya.

Hingga saat ini, armada tempur FAA berada pada titik terendah. Semua jet tempur Dassault Mirage lll/5 secara resmi dinonaktifkan pada 30 November 2015.

Lalu dari seluruh A-4AR Fighting Hawk yang ada, dilaporkan hanya enam unit yang layak terbang dengan sisanya disimpan di Villa Reynolds.

Pesawat pemukul FAA lainnya yang aktif saat ini adalah delapan jet latih tempur IA-63 Pampa III dan sejumlah kecil IA-58 Pucara versi upgrade (dinamai Fenix).

Sementara untuk armada pesawat latih masih terbilang baik, dengan 63 unit jet latih IA-63 Pampa, 14 Embraer EMB-312 Tucano Brasil,

Lalu pengadaan pesawat latih baru Beechcraft T-6C Texan ll dari AS dan tujuh Grob G 120TP asal Jerman.

Untuk pesawat misi khusus, FAA mengoperasikan dua Pesawat Peperangan Elektronik (EW) Learjet EC-21A dari AS dan dua (dari delapan) Beechcraft C-12B Huron dari AS.

FAA juga mengoperasikan dua pesawat tanker Lockheed Martin KC-130H, empat Lockheed Martin C-130H Hercules, satu Boeing 737 VIP, satu Fokker F28 Belanda, dan tiga Saab 330 Swedia.

Untuk armada helikopter, FAA memiliki enam Bell 412, 12 Bell 212, satu Sikorsky S-70 VIP, dua Sikorsky S-76 VIP, sembilan MD500D, dan terbaru sedang memesan enam Bell 407.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *