AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pensiunan laksamana mendesak Turkiye agar segera keluar meninggalkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia menyatakan, Barat menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi Turkiye.
“Barat menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi Turkiye, dengan mempertimbangkan dukungannya terhadap upaya untuk menciptakan negara separatis Kurdi,” ujar Laksamana Muda (Purn) Cem Gurdeniz dalam sebuah wawancara, seperti diberitakan Sputnik.
Untuk diketahui, Turkiye menjadi anggota (NATO) pada tahun 1952 di tengah awal Perang Dingin.
Sejak 1984, lanjut purnawirawan Angkatan Laut Turkiye pencipta Doktrin Tanah Air Biru ini, banyak masalah yang dihadapi Turkiye, tetapi Turkiye tidak menerima dukungan apa pun dari NATO atau UE.
Gurdeniz menyuarakan keprihatinannya bahwa NATO mungkin menyeret Ankara ke dalam konflik melalui krisis Ukraina.
Dia menuduh bahwa dalam kasus ini, Turkiye akan dipaksa untuk menutup selat untuk Rusia dan ini akan menjadi casus belli untuk konflik skala penuh antara Rusia dan NATO dengan penggunaan senjata nuklir taktis.
Dia juga menyatakan bahwa AS telah menggunakan Ankara sejak 1945 dan sebelumnya Inggris memperlakukan Turkiye dengan cara yang sama.
Turkiye, lanjutnya, harus menyingkirkan ketergantungan Anglo-Saxon ini dengan biaya berapa pun yang masuk akal dan menjalankan kebijakan independennya sendiri serta menyeimbangkan antara Atlantik dan Asia.
Pada saat yang sama, pensiunan laksamana mengakui bahwa penarikan diri dari NATO berarti konflik yang tak terhindarkan dengan Yunani. Namun, ancaman yang lebih besar terhadap keamanan regional berasal dari proyek Barat yang dilaporkan mengubah Laut Hitam menjadi “Danau NATO”.
Gurdeniz mengecam NATO karena menyesatkan Turkiye tentang tujuan Uni Soviet dan mengecam Kremlin dengan nada hitam. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengubah Turkiye menjadi satelit Barat, klaimnya.
Dia percaya bahwa Turkiye harus menjalin aliansi geopolitik dengan Rusia, China, dan India dan mengembangkan kontak yang lebih dekat dengan negara-negara BRICS lainnya.
-JDN-