AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – China sejak bulan Februari 2023 telah memberlakukan sanksi perdagangan dan investasi terhadap produsen senjata Lockheed Martin dan Raytheon Missiles & Defense (bagian dari Raytheon Technologies Corp).
Sanksi diberikan kepada kedua perusahaan karena memasok senjata ke Taiwan.
Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa bahwa sanksi tersebut termasuk larangan ekspor dan impor oleh kedua perusahaan dari dan ke China.
Hal ini untuk mencegah produk China digunakan dalam bisnis militer mereka, ujar kementerian.
Ditambahkan bahwa perusahaan China harus memverifikasi informasi transaksi dan tidak boleh secara sengaja mengimpor, mengekspor, atau mengangkut produk Lockheed Martin dan Raytehon Missiles & Defense.
Tidak jelas apa dampak langsung dari hukuman tersebut, tetapi pembatasan impor dan ekspor dapat merugikan kedua perusahaan, tulis Defense News (19/4).
Amerika Serikat melarang sebagian besar penjualan teknologi terkait senjata ke China, tetapi beberapa kontraktor militer memiliki bisnis sipil di ruang angkasa dan pasar lainnya.
Sanksi China selain diterapkan terhadap perusahaan juga berlaku bagi eksekutif senior kedua perusahaan AS tersebut untuk bepergian ke China atau bekerja di China.
CEO Lockheed Martin James Donald Taiclet, COO Frank Andrew St. John, CFO Jesus Malave, Presiden Wesley D. Kremer, Wakil Presiden Agnes Soeder, dan Chander Nijhon dari Raytheon Missiles & Defense merupakan nama-nama yang terkena sanksi oleh China.
Seperti diketahui, pada September 2022 Raytheon Missiles and Defense mendapatkan kontrak senilai 412 juta USD untuk meningkatkan radar militer Taiwan. Ini adalah bagian dari paket penjualan senjata AS senilai 1,1 miliar USD ke Taiwan.
Taiwan membeli sebagian besar senjatanya dari AS, yang merupakan sekutu tidak resmi terbesarnya.
-Poetra-