AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kesiapan operasi jet tempur F-35 milik Amerika Serikat dilaporkan sangat rendah, hanya sekitar 30% dari jumlah total yang dimiliki.
Dari total 540 unit F-35 yang dioperasikan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Korps Marinir AS, hanya 160 pesawat yang siap beroperasi penuh.
Hal itu dikatakan oleh Manajer Program Tempur AS Letjen Michael Schmindt dalam laporannya kepada Komite Angkatan Bersenjata DPR AS.
Ia menjelaskan, tingkat kesiapan F-35 yang sangat rendah disebabkan oleh berbagai masalah terkait pemeliharaan hingga cacat kinerja.
Schmindt menambahkan, kesiapan F-35 yang rendah telah menimbulkan lebih dari 100 kritik pedas yang dilontakran oleh pejabat militer dan sipil.
Kritik yang keras, lanjutnya seperti diberitakan Military Watch Magazine (3/4), datang antara lain dari Kepala Penguji Senjata Pentagon Michael Gilmore serta Kapten Marinir Dan Grazier.
Kritik juga datang dari lembaga pemikir militer seperti NSN, RAND Corporation, maupun organisasi lain yaitu Proyek Pengawasan Pemerintah.
Pentagon telah berulang kali menyoroti bahwa F-35 memiliki keandalan yang buruk. Belum lagi biaya operasionalnya yang tinggi menyebabkan pesawat itu susah tersedia sesuai jumlah yang diminta.
Tantangan teknis berulang kali menyebabkan F-35 tidak dalam kesiapan penuh, kata Pentagon.
Akibatnya, Angkatan Udara AS tahun lalu telah mempertimbangkan pemotongan besar untuk pesanan F-35. Pada tahun 2023 pemesanan dikurangi 35% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun demikian, di balik berbagai masalah yang menerpanya, armada F-35 tatap diakui masih menjadi andalan AS untuk menghadapi jet-jet tempur generasi kelima yang dikembangkan oleh negara lain.
Menurunnya kesiapan penuh F-35, kata Pentagon, akan menyebabkan AS dalam bahaya selagi pesawat lain yang lebih canggih belum dimiliki AS.
-Poetra-