AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Israel dikabarkan merasa tidak nyaman dengan kemungkinan Rusia memberi teknologi rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal ke negara sahabatnya, Iran.
Seperti diketahui, sangat sulit untuk mencegat rudal hipersonik seperti Kinzhal. Hal ini telah terbukti di palagan Rusia-Ukraina.
Kemampuan Kinzhal melakukan penerbangan hipersonik dan dan jalur penerbangan yang lebih fleksibel, menimbulkan tantangan yang berat bagi radar lawan untuk mendeteksinya.
Selain itu, dengan kemampuan terbang di ketinggian rendah, rudal ini dapat mencapai efektivitas yang lebih besar dalam situasi pertempuran.
Dilansir Military Cognizance (7/4), Israel sangat prihatin dengan potensi penggunaan rudal hipersonik oleh negara-negara musuh seperti Iran.
Israel mengkhawatirkan potensi transfer teknologi rudal hipersonik dari Korea Utara ke Iran di masa lalu.
Namun, perhatian mereka sekarang telah beralih ke kemungkinan transfer amunisi Kinzhal Rusia dan pengetahuan produksi ke Teheran, terutama setelah Iran baru-baru ini membeli pesawat tempur multiperan Su-35 dan potensi akuisisi sistem rudal pertahanan udara S-400.
Israel menyadari bahaya signifikan yang ditimbulkan oleh rudal hipersonik, yang sulit untuk dicegat, dan berusaha memodifikasi teknologi pertahanan misilnya untuk melawan ancaman ini. Namun, upaya ini akan memakan waktu dan biaya.
Kemungkinan Iran memperoleh rudal hipersonik tetap menjadi perhatian utama Israel, karena dapat mengancam keamanannya secara serius.
Namun demikian, beberapa ahli percaya bahwa kemungkinan Iran untuk mendapatkannya rudal tersebut rendah, mengingat rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal hanya dapat dibawa oleh pencegat jarak jauh MiG-31K, yang belum diekspor Moskow ke Teheran.
-RBS-