AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara AS (USAF) mengatakan, untuk mempertahankan supremasi jet tempur F-22 Raptor hingga tahun 2030, dibutuhkan anggaran setidaknya 9 miliar dolar AS (kurang lebih Rp135 triliun). Anggaran ini di luar kebutuhan untuk biaya operasi dan perawatan.
USAF mengungkapkan hal itu dalam pernyataannya di hadapan Kongres AS, seperti diberitakan Air Space & Forces Magazine (4/4).
Ditambahkan bahwa angka tersebut dengan asumsi 32 F-22 yang paling tua dipensiunkan dari layanan USAF.
USAF menyerahkan sepenuhnyan keputusan kepada Kongres AS. Dikatakan bahwa jika Kongres tidak menyetujui 32 F-22 ditarik dari operasionalnya, maka harus dipikirkan kembali masalah anggaran yang akan lebih besar.
USAF juga mengingatkan bahwa Program NGAD (Next Generation Air Dominance) sedang dikerjakan sebagai platform jet tempur generasi keenam untuk USAF.
Pengeluaran F-22 yang diusulkan USAF untuk tahun fiskal 2024-2028 berjumlah 4,2 miliar USD plus tambahan 1,74 miliar USD untuk penyelesaian pada tahun 2030, dan 3.2 miliar USD untuk penelitian, pengembangan, pengujian, dan evaluasi.
Total anggaran yang dibutuhkan untuk F-22 tersebut adalah 9,06 miliar USD hingga akhir dekade ini. Jumlah ini, kata USAF. Dan, jumlah ini tidak termasuk biaya operasi dan pemeliharaan.
Komponen terbesar dari biaya tersebut, lanjut USAF, adalah untuk peningkatan sensor.
Komponen lainnya adalah untuk modifikasi Link 16, identifikasi, sistem teman-atau-musuh, modifikasi pelatih dan simulator, anti-jam/anti-spoofing posisi, peningkatan navigasi dan pengaturan waktu, dan modifikasi mesin Pratt & Whitney F119. 22.
Upaya pengadaan besar lainnya termasuk modifikasi Link 16, identifikasi, sistem teman atau musuh, modifikasi pelatih dan simulator, posisi anti-jam/anti-spoofing, navigasi, peningkatan waktu serta modifikasi mesin Pratt & Whitney F119, serta modifikasi sistem lainnya.
Untuk diketahui, saat ini USAF memiliki kurang lebih 185 unit F-22 Raptor.
-Poetra-