AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angola pada bulan Maret lalu mengonfirmasi telah memesan kendaraan udara tak berawak (UAV) Aksungur dari Turkish Aerospace Industries (TUSAS). Hal ini menjadikan Angola negara Afrika kedua yang akan memiliki dronbe tersebut setelah Aljazair.
Manajer Umum TUSAS untuk UAV, Omer Yildiz, mengatakan dalam wawancara dengan CNN Turk, bahwa drone pesanan tersebut telah mulai diproduksi.
Ditambahkan, selain Aljazair dan Angola, calon pelanggan ekspor Aksungur lainnya adalah Kirgistan.
Pada Oktober 2022, dilaporkan pemerintah Angola telah menyetujui kontrak senilai 93 juta dolar AS dengan TUSAS untuk pengadaan UAV yang akan dibeli melalui perusahaan publik Angola Simportex.
Mengenai Aksungur, drone intai serang jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance) ini dikembangkan TUSAS berdasarkan drone Anka. Pesawat berhasil menjalani penerbangan perdananya pada 20 Maret 2019.
Aksungur mampu melakukan misi Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR) siang dan malam serta misi penyerangan permukaan darat maupun laut.
Drone dibekali dengan muatan elektro-optik/inframerah, radar aperture sintetis (SAR), dan berbagai senjata udara ke permukaan.
Tersedia tiga cantelan senjata di tiap sayapnya yang dapat membawa 750 kg amunisi, seperti bom berpemandu laser TEBER-81 dan TEBER-82, amunisi berpemandu L-UMTAS, MAM-L, Cirit, dan MAM-C.
Untuk spesifikasinya, Aksungur berdimensi panjang 12 m, rentang sayap 24 m, tinggi 3 m, dan Berat Lepas Landas Maksimum (MTOW) 3.300 kg.
Sebagai penggeraknya, drone ditenagai dua mesin diesel PD-170 twin-turbocharged, masing-masing 130–160 kW (170–220 hp).
Drone memiliki performa dengan kecepatan jelajah 250 km/jam, ketinggian terbang hingga 12.000 m, dan berjangkaun operasi 6.500 km atau enduran 60 jam.
-RBS-