AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Jumat mengumumkan, pemerintah Rusia akan memberikan penghargaan negara kepada pilot Rusia yang terlibat dalam insiden dengan drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat (AS) di atas Laut Hitam baru-baru ini.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memuji para pilot karena mencegah drone terbang ke daerah yang dilarang Moskow untuk penerbangan. Dikatakan bahwa hal itu sejalan dengan norma internasional.
Pengumuman Moskow datang sehari setelah militer AS merilis rekaman 42 detik yang menunjukkan jet tempur Su-27 Rusia mendekati bagian belakang drone AS dan melepaskan bahan bakar saat melintas.
Tampaknya hal itu ditujukan untuk membutakan instrumen optik drone tidak berfungsi.
Sementara jet Su-27 Rusia lainnya yang membayangi MQ-9 selanjutnya menghantam baling-baling drone untuk meruksanya, menurut Militer AS.
Akibat kejadian itu, drone MQ-9 jatuh ke Laut Hitam. Cuplikan video tidak menunjukkan tabrakan, meskipun menunjukkan kerusakan pada baling-baling Reaper.
Moskow membantah bahwa pesawat tempurnya menabrak drone. Dikatakan bahwa pesawat tempurnya bereaksi terhadap pelanggaran zona larangan terbang yang telah ditetapkan Rusia di daerah dekat Krimea di tengah pertempuran di Ukraina.
Pada hari Rabu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Rusia Jenderal Valery Gerasimov mengadakan pembicaraan jarak jauh.
Gedung Putih berusaha menghindari ketegangan yang dapat memperburuk situasi. Pejabat AS menekankan bahwa mereka belum dapat menentukan apakah pilot Rusia sengaja menyerang pesawat tak berawak AS. Ditekankan bahwa jalur komunikasi antara Amerika dan Rusia tetap terbuka.
Pejabat Rusia juga menekankan perlunya menjaga jalur komunikasi, tetapi mereka dengan keras mengecam tindakan AS sebagai arogan yang mengabaikan zona larangan terbang Moskow.
Moskow telah berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang penerbangan intelijen AS yang dekat dengan Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014 di tengah kecaman keras internasional.
Kremlin menuduh AS dan sekutunya secara efektif terlibat dalam konflik dengan menyediakan senjata dan berbagi intelijen dengan Kyiv.
Beberapa pejabat Rusia menuduh bahwa penerbangan pengawasan AS membantu mengumpulkan intelijen yang memungkinkan Ukraina menyerang sasaran Rusia, seperti diberitakan Associated Press.
-JDN-