AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Diberitakan bahwa jet tempur Su-27 Flanker milik Angkatan Dirgantara Rusia (VKS) pada hari Selasa (14/3) menabrakkan diri ke baling-baling drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat.
Sebelumnya, dua jet tempur kelas berat itu membayang-bayangi MQ-4 yang sedang terbang di wilayah udara internasional di atas Laut Hitam.
Satu pesawat Su-27 kemudian menumpahkan avtur ke pesawat tak berawak itu.
Akibat ditabrak oleh Su-27, MQ-4 kemudian jatuh ke Laut Hitam. AS langsung melakukan protes diplomatik dengan memanggil Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov.
Antonov mengatakan, Rusia tidak menginginkan konfrontasi dengan Amerika Serikat.
Nah, omong-omong mengenai insiden yang terjadi dengan MQ-4, dulu Su-27 juga pernah punya pengalaman yang kurang lebih mirip.
Pada tahun 1987 Su-27 milik Angkatan Udara Uni Soviet bersenggolan dengan baling-baling pesawat patroli maritim P-3 Orion milik Angkatan Udara Norwegia di atas Laut Barents.
‘Si Badak’ jelas bukan julukan bagi Su-27. Namun karena pesawat ini nyatanya mampu membuat rompal baling-baling P-3 Orion, cukup beralasan bila ia memang ‘Badak’.
Dari hasil mengganggu P-3 Orion Norwegia itu, pesawat Su-27 tersebut mendapat tambahan tanda yang dilukis di sisi kiri hidungnya dengan siluet pesawat P-3, berderet dengan empat bintang sebagai tanda berhasil membunuh pesawat musuh.
Mengacu pada tulisan di portal The Aviation Geek Club dan Eastern Orbat, P-3B berseri 602 dengan nama ‘Gunnar lsachsen’ itu adalah pesawat bekas Angkatan Laut US Navy (US Navy) dengan nomor pembuatan BuNo 156602, c/n 185C-5304.
Letnan (SG) Vasiliy Tsymbal adalah pilot yang menerbangkan Su-27 ’36 Red’ (c/n 36911016816) dan melakukan pencegatan terhadap P-3 Orion Norwegia.
Namun dalam kejadian ini, memang terkesan Su-27 tidak sengaja menabrakkan dirinya ke baling-baling P-3 Orion.
Su-27 terbang memepet P-3 dalam ketinggian di bawah P-3. Sementara pilot P-3 tidak dapat melihat dengan jelas di mana posisi Su-27 berada.
Dari situlah pilot P-3 Letnan Satu Jan Salvesen mengurangi kecepatan namun malah makin mendekat ke posisi Su-27.
Brakkk! Ujung sayap tegak ekor Su-27 berbenturan dengan baling-baling P-3. Akibat dari benturan ini, ujung baling-baling P-3 rompal. Demikian juga dengan ujung sirip tegak Su-27.
Pecahan baling-baling P-3 mengenai badan P-3 itu sendiri dan merobeknya, menyebabkan terjadinya dekompresi di pesawat P-3.
Situasi tidak baik terjadi di pesawat P-3. Namun, Su-27 tidak langsung meninggalkan pesawat Norwegia itu. Pilotnya Su-27 seketika terbang di depan P-3 dan berulah seperti ‘mengencingi’ P-3 dengan bahan bakar yang dibuangnya ke pesawat tersebut.
Selanjutnya, masing-masing pesawat terbang menjauh untuk mendarat darurat di pangkalan berbeda. Beruntung, kedua pesawat selamat.
-Poetra-