AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tak banyak negara di dunia ini yang sanggup mengembangkan pesawat Airborne Early Warning & Control (AWA&C) secara mandiri, China adalah salah satu di antaranya yang memiliki kemampuan tersebut.
Mengenai pesawat jenis AEW&C China, diawali dengan kode KJ atau Kong Jing (merupakan kependekan dari Kong Zhong YĆ¹ Jing) yang berarti Peringatan Dini Lintas Udara.
Saat ini Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA Air Force) mengoperasikan tiga jenis pesawat peringatan dini dan kontrol udara. Ketiganya adalah KJ-200, KJ-500, dan KJ-2000.
Berikut ulasan singkat Airspace Review mengenai trio pesawat AEW&C andalan PLAAF:
Pesawat pertama, KJ-200 dikembangkan oleh Shaanxi Aircraft Corporation yang menggunakan platform pesawat angkut militer Y-8F-600.
Pesawat yang dikembangkan berdasarkan Antonov An-12 ini, telah menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney Canada (PWC) PW150B dan avionik Honeywell.
KJ-200 mengusung radar AESA di atas punggung pesawat yang secara visual mirip dengan sistem Saab Erieye dari Swedia.
Debut publik pertama KJ-200 saat diikutsertakan dalam parade militer Hari Nasional Republik Rakyat China pada 1 Oktober 2009.
Saat ini seri klasik KJ-200 telah diproduksi sebanyak 11 unit, dengan rincian lima digunakan oleh PLAAF dan enam seri KJ-200H digunakan PLA Navy.
Pada bulan Februari 2023 muncul penampakan perdana varian baru KJ-200B. Tak lagi sebagai pesawat AEW&C murni, tetapi telah digabungkan dengan kemampuan ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian).
Pesawat kedua, KJ-500, juga dikembangkan oleh dibangun oleh Shaanxi Aircraft Corporation, yang didasarkan pada pesawat angkut militer baru Y-9 .
KJ-500 yang dikembangkan pada awal tahun 2000-an ini untuk memenuhi misi tempur yang makin kompleks di era milenium baru.
Pesawat memiliki tiga fitur penting, yaitu kemampuan deteksi, kemampuan identifikasi dan daya tanggap yang cepat.
Pesawat ini membawa radome dorsal tetap yang berisi tiga radar AESA untuk cakupan 360 derajat. Disebut lebih efisien daripada desain array ‘balance beam’ dua planar yang digunakan pada KJ- 200.
Tak diketahui jumlah pasti berapa KJ-500 yang dimiliki PLAAF. Diperkirakan saat ini delapan pesawat telah beroperasi aktif.
Pesawat ketiga adalah KJ-2000, yang menggunakan basis pesawat Ilyushin Il-76 Rusia, namun perangkat elektronik dan radar dirancang dan diproduksi di dalam negeri China.
Program pengembangan KJ-2000 dimulai setelah pembatalan kesepakatan pembelian A-50I dengan Israel dan Rusia pada Juli 2000, karena tekanan kuat AS terkait radar Israel yang akan dipasang.
China kemudian memutuskan untuk mengembangkan secara domestik perangkat dan radar untuk AEW&C-nya, dengan pesawat pertama sukses melakukan penerbangan perdananya pada tahun 2003.
Seperti KJ-500, pada KJ-200 juga mengusung radar array bertahap (PAR) yang dibawa dalam kubah piringan bundar.
Tidak seperti pesawat AWACS milik Amerika Serikat yang rotodome-nya berputar untuk memberikan cakupan 360 derajat, maka antena radar AEW&C China tidak berputar.
Sebagai gantinya, tiga modul antena PAR ditempatkan dalam konfigurasi segitiga di dalam kubah bundar untuk menyediakan cakupan 360 derajat.
Radar pulse-Doppler tiga dimensi multifungsi dikembangkan oleh NII (Nanjing Electronic Technology Research Institute), dan dirancang untuk mendeteksi dan melacak target udara dan permukaan.
Diketahui, hingga saat ini empat pesawat KJ-2000 telah operasional oleh PLAAF dan dilaporkan pesawat kelima tengah dibangun.
Karena kesulitan mendapatkan pesawat baru Il-76 dari Rusia, China berencana membangunnya menggunakan pesawat angkut buatan dalam negeri Xian Y-20.
-RBS-