AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Selama perang antara Rusia dan Ukraina, kedua belah Angkatan Udara sering menerbangkan pesawat tempur dan helikopter terbang rapat dengan permukaan bumi untuk menghindar dari tangkapan radar.
Namun demikian, terbang rendah pun tak lepas dari ancaman mematikan terutama dari serangan rudal panggul antipesawat (MANPADS) atau kanon antipesawat terbang (AAG).
Nah, bercerita mengenai sistem pertahanan udara jarak dekat, selain rudal panggul dan kanon antipesawat, militer Rusia memiliki trio senjata maut yang bisa menjadi ancaman bagi pesawat AU Ukraina.
Pertama adalah ZSU-23-4 Shilka, terlepas dari usianya yang cukup tua (dirancang pada tahun 1964), senjata antipesawat gerak sendiri (SPAAG) ini tetap menjadi andalan militer Rusia hingga saat ini.
Pada tahun 2022, tercatat sebanyak 60 unit ZSU-23-4 masih digunakan oleh Infanteri Angkatan Laut Rusia.
ZSU-23-4 juga telah teruji perang (battle proven), berhasil membuktikan kehandalannya dalam konflik di Afrika, Vietnam, Afghanistan, dan Timur Tengah.
ZSU-23-4 mengusung empat kanon kaliber 23 mm, kecepatan tembaknya sekitar 3.400 putaran per menit.
Selain digunakan untuk menjatuhkan target udara seperti pesawat, helikopter dan drone, kanon ZSU-23-4 juga bisa digunakan melibas target darat seperti kendaraan lapis baja ringan.
Yang kedua adalah ZPRK 2S6M1 Tunguska-M1, sistem ini telah menggabungkan persenjatan berupa empat kanon 2A38M kaliber 30 mm dan delapan rudal antipesawat jarak dekat 9M311.
Kelebihan lain ZPRK 2S6M1 dibandingkan pendahulunya adalah dapat menembak sasaran sambil berjalan.
Kanonnya dapat memuntahkan munisi 5.000 putaran per menit, sementara rudalnya dapat menjatuhkan pesawat dan helikopter hingga ketinggian 10 km.
Ketiga, sistem pertahanan udara jarak dekat paling modern adalah 96K6 Pantsir-S1, yang dipersenjatai dengan kanon otomatis laras ganda 30 mm dan 12 rudal jarak dekat 57E6- E.
Sistem Pantsir (baju besi) dapat diandalkan untuk memayungi instalasi sipil, pangkalan militer, dan pasukan yang dikerahkan di lapangan.
Persenjataan pada Pantsir telah dirancang untuk menghancurkan rudal yang meluncur ke arah target mereka bahkan pada kecepatan hipersonik, pada jarak hingga 20 km dan pada ketinggian 15 m hingga 15 km.
Sistem ini hampir sepenuhnya otomatis dan terkomputerisasi. Secara mandiri mendeteksi target di udara, dan operator menekan tombol untuk menembak target.
-RBS-