AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Di masa Perang Dingin, Amerika Serikat pernah mengembangkan jet buru sergap berkecepatan 3 Mach yang dirancang untuk melumpuhkan pembom strategis Uni Soviet yang akan memasuki wilayah udara Paman Sam.
Pada akhir 1950-an, AU Amerika Serikat (USAF) mulai mencari pengganti jet pencegat Convair F-106 Delta Dart, sebagai bagian dari program Long Range Interceptor Experimental (LRI-X).
Perusahaan North American terpilih untuk program LRI-X dengan desainnya yang diberi kode XF-108 Rapier, sebuah jet buru sergap berkecepatan maksimum 3 Mach.
Namun proyek pengembangan XF-108 Rapier tersebut dibatalkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DoD) pada bulan September 1959.
Di era yang sama, Skunk Works dari Lockheed (kini Lockheed Martin) sedang mengembangkan pesawat pengintai A-12 untuk Central Intelligence Agency (CIA) di bawah program Oxcart.
Kelly Johnson, kepala Lockheed-Skunk Works kemudian mengusulkan untuk membuat versi buru sergap yang dikembangkan berdasarkan A-12, yang diberi kode AF-12 oleh perusahaan.
Angkata Udara Amerika Serikat (USAF) pun tertarik atas usulan tersebut dan memesan tiga AF-12 pada pertengahan 1960, yang kemudian mendapatkan kode resmi sebagai YF-12A.
Berbeda dengan A-12 yang bertempat duduk tunggal, maka YF-12A bertempat duduk tandem. Penambahan kokpit kedua ini untuk awak FCO (fire control officer).
Perubahan utama lainnya, termasuk memodifikasi hidung A-12 dengan memotong bagian chine untuk mengakomodasi radar kontrol tembakan Hughes AN/ASG-18 yang awalnya dikembangkan untuk XF-108 Rapier dengan dua sensor pencarian dan pelacak inframerah yang tertanam di chine terdepan.
Lalu tiga dari empat ruang (bay) yang sebelumnya digunakan untuk menampung peralatan pengintaian pada A-12 diubah untuk membawa rudal Hughes AIM-47 Falcon (GAR-9). Satu lainnya digunakan untuk peralatan pengendalian tembakan.
AIM-47 Falcon ini awalnya juga dikembangkan untuk mempersenjatai XF-108 Rapier. Kelak dikembangkan lebih lanjut dan dikenal sebagai AIM-54 Phoenix yang digunakan pada jet tempur berbasis kapal induk Grumman F-14 Tomcat andalan AL Amerika Serikat.
Kembali ke kisah pengembangan YF-12A, penerbangan perdananya sukses dilakukan pada 7 Agustus 1963.
Namun keberadaannya baru diungkap secara terbuka oleh Presiden Lyndon B. Johnson pada 24 Februari 1964. Pengumuman ini adalah untuk menyembunyikan keberadaan pesawat intai A-12 milik CIA.
Selama tahun 1960-an, ketiga prototipe YF-12A menjalani evaluasi intensif oleh USAF, termasuk penerbangan hingga kecepatan maksimum (3,2 Mach) dan rangkaian uji penembakan menggunakan rudal AIM-47 Falcon.

Puas dengan kinerja YF-12A, pada 14 Mei 1965, USAF memesan 93 pesawat yang diberikan kode resmi sebagai F-12B untuk dioperasikan oleh Komando Pertahanan Udara (ADC).
Sayangnya, Menteri Pertahanan Amerika Serikat kala itu Robert McNamara tak memberikan lampu hijau karena kebutuhan biaya besar untuk Perang Vietnam yang tengah berlangsung.
Kemudian pada Januari 1968, program F-12B resmi dihentikan sebelum pesawat benar-benar masuk jalur produksi.
Selanjutnya, tiga prototipe YF-12A dipinjamkan oleh AU Amerika Serikat kepada NASA sebagai wahana penelitian hingga pertengahan tahun 1970-an.
YF-12A yang masih satu turunan dengan pesawat intai SR-71 Blackbird ini sebut sebagai jet buru sergap (interceptor) terbesar di dunia yang pernah dibuat, berdimensi panjang 30,97 m, tinggi 5,64 m dan rentang sayap 16,95 m.
Namun demikian, gelar jet buru sergap ‘versi produksi’ terbesar di dunia dipegang oleh peseterunya dari Uni Soviet yakni Tupolev Tu-28 Fiddler yang berdimensi panjang 30,06 m, tinggi 7,15 m dan rentang sayap 17,53 m.
-RBS-