AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Media China mengatakan bahwa Washington memamerkan keunggulannya ketika pesawat tempur F-22 Raptor menggunakan rudal AIM-9X untuk menebak sebuah balon udara penelitian milik China.
Tindakan AS itu secara teori dianalogikan seperti membunuh seekor ayam dengan menggunakan golok pemotong kerbau. Selain berlebihan, hal itu juga menunjukkan kurangnya latihan, tulis Global Times.
Pada tanggal 4 Februari 2023 sebuah rudal AIM-9X Sidewinder yang ditembakkan oleh jet siluman F-22 AS menjatuhkan sebuah balon penelitian China di atas lautan South Carolina.
Pihak berwenang China menyebutkan balon tersebut tersesat ke wilayah AS saat digunakan untuk penelitian meteorologi.
Sementara Pentagon AS, menuduh pemerintah China menggunakan balon tersebut untuk memata-matai fasilitas militer yang signifikan.
Penjelasan yang masuk akal
Untuk menindak balon tersasar tersebut, Angkatan Udara AS (USAF) telah mengerahkan dua F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis, sekitar 1.100 kilometer dari South Carolina.
F-22 Raptor dipilih karena mampu mendekati balon udara yang terbang pada ketinggian lebih dari 18 km tersebut. Ketinggian terbang F-22 jauh lebih tinggi daripada F-15 dan F-16.
Tiga persenjataan dibawa oleh F-22 selama misi intersepsi. Yaitu kanon M61, rudal udara ke udara jarak pendek AIM-9X Sidewinder, dan rudal udara ke udara jarak menengah AIM-120C/D AMRAAM.
Menurut pakar militer dari AS, rudal AIM-9X yang harganya mendekati 400.000 dolar tersebut adalah cara yang paling hemat biaya yang digunakan AS untuk menurunkan balon tersebut.
“Sulit untuk menembak jatuh balon pada ketinggian yang begitu tinggi. Mereka menciptakan banyak masalah untuk sistem panduan misil,” jelas Tyler Rogoway, seorang penulis dan analis militer dari The Drive, seperti dilansir dari Military Cognizance (10/2).
Pada dasarnya sulit untuk melacak dan mengunci target menggunakan teknik konvensional. Area reflektifitas radar dari setiap balon sebanding dengan burung kecil, dilaporkan oleh Air Force Research Institute (AFRI) Angkatan Udara AS.
AFRI menambahkan, balon juga bergerak sangat lambat, yang membuatnya sering tidak terdeteksi oleh radar Doppler saat ini.
Bahkan jika pesawat tempur menembak setelah mengunci target, masih ada kemungkinan misil akan melewati cangkang balon tanpa meledak.
Sementara menggunakan kanon 20 mm internal F-22 dianggap alternatif yang jauh lebih murah untuk rudal AIM-9X, namun memiliki kekurangan.
Sebab, jangkauan efektif meriam M61 hanya sekitar 600 meter, F-22 harus melintas cukup dekat dengan balon agar bisa mencapai target.
Pesawat tempur AS tidak akan dapat mendekati target pada sudut penurunan karena F-22 memiliki ketinggian 18 km dan pesawat beroperasi pada ketinggian sekitar 18,3 km.
Pada tahun 1998, jet tempur CF-18 AU Kanada menembakkan kanonnya ke balon cuaca di ketinggian hampir 12 km, namun balon tersebut tidak turun dan malah bergerak selama beberapa hari, melintas di atas samudera Atlantic.
-RBS-