Apakah Jenderal Spoor tewas karena diracun saat makan di restoran di Tanjung Priok?

Jenderal Spoor_ Airspace ReviewIstimewa/AR

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Jenderal Simon Hendrik Spoor (12 Januari 1902 – 25 Mei 1949). Panglima Tentara Belanda ini terkenal perannya ketika Belanda berusaha merebut kembali Indonesia. Ia memimpin langsung dua aksi polisionil Belanda yaitu pada Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948).

Tentang kematiannya ada banyak versi yang beredar. Salah satunya adalah karena ia diracun saat makan bersama dengan ajudannya di sebuah restoran di Tanjung Priok, Batavia (sekarang Jakarta).

Cerita tentang diracunnya Jenderal Spoor berasal dari ajudannya sendiri waktu itu, yaitu perwira kavaleri R.M. Smulders.

Pada hari itu, Jumat, 10 Mei 1949, Jenderal Spoor yang ditemani Smulders pergi makan siang ke sebuah restoran pelabuhan perahu layar (Jachtclub) di Tanjung Priok.

Jumat malam, Smulders tiba-tiba jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit militer. Ia kehilangan kesadaran.

Dua minggu setelah itu, giliran Jenderal Spoor yang sakit dan bahkan meninggal!

Kejadia yang begitu cepat itulah yang menimbulkan spekulasi bahwa sang jenderal mati karena diracun.

Namun demikian, Smulders di tahun 1988 atau 39 tahun setelah kematian majikannya, menuliskan kesaksiannya melalui sebuah buku yang ia tulis dengan judul Een stem uit het veld, yang artinya Suara dari Medan (Smulders, 1988).

Dalam buku itu Smulders hanya menuliskan laporan singkat tentang makan siangnya di tahun tahun 1949 bersama Jenderal Spoor.

Ia mengatakan, sang Jenderal dan dirinya kala itu, adalah satu-satunya tamu yang makan siang di restoran di Tanjung Priok saat itu. Ia melukiskan, Jenderal Spoor saat itu makan siang dalam keadaan murung dan tidak banyak bicara.

Namun apabila kemudian berkembang isu bahwa sang jenderal mati karena diracun, Smulders dengan tegas menuliskan bahwa ia tidak melihat satu petunjuk apapun ke arah itu.

Dalam wawancara-wawancara terhadap dirinya di masa berikutnya, perwira kavaleri mulai “goyah” pendiriannya dengan ‘turut arus’ meyakini bahwa ada upaya peracunan terhadap Jenderal Spoors dan dirinya, seperti dugaan banyak orang.

Saat meninggal dunia, Jenderal Spoor berusia 47 tahun. Tidak ada riwayat sakit serius sebelumnya yang dapat menyebabkan ia meninggal di usia separuh baya.

Seperti dilukiskan Smulders, Jenderal Spoor hanya tampak gelisah di tengah perkembangan militer dan politik saat itu di mana pada 7 Mei 1949, tiga hari sebelum makan siangnya di restoran di Tanjung Priok, Persetujuan Van Roijen-Roem telah diterima oleh pihak Indonesia dan Belanda.

Persetujuan itu menjadi solusi bagi Indonesia di mana Sukarno dan M. Hatta boleh kembali ke Yogyakarta, kota yang selama Agresi Militer II dikuasai Belanda.

Bagi Spoor, persetujuan tersebut menjadi sebuah kegagalan kebijakan yang ia terapkan.

Di tengah perkembangan yang tidak menentu bagi dirinya, Spoor meninggal secara mendadak. Tidak heran bila desas-desus kematiannya akibat diracun kemudian beredar luas.

Sayangnya, tak seorang pun dapat membuktikan secara konkret bahwa Jenderal Simon Hendrik Spoor meninggal dengan cara diracun.

Dan kalaupun memang ia diracun, tidak jelas siapa pelakunya dan berada di mana dia/mereka sampai-sampai tidak bisa ditemukan.

Hari di saat Jenderal Spoor meninggal

Senin, 23 Mei 1949, Jenderal Spoor mengawali pagi harinya dengan berada di kamar kerjanya yang berada di bagian depan tempat tinggalnya. Hari itu pukul 07.00 hingga 08.00.

Sekretarisnya, Ans Persoon, sudah hadir. Demikian juga dengan anggota kabinet lainnya.

Mengenai apa yang terjadi pada pagi hari itu, calon perwira wajib militer bernama H. Nijenhuis, menceritakan bahwa Jenderal Spoor sedang berbincang dengan sekretarisnya lalu tiba-tiba jatuh.

“Panggil dokter, panggil dokter!” ujar Persoon kepada Nijenhuis yang merupakan anggota termuda dalam kabinet Panglima Tentara. (J.A. de Moor, 2015).

Tak lama kemudian, Mayjen I. H. Simons, Kepala Dinas Kesehatan Militer datang dan memeriksanya.

Spoor selanjugnya dirawat di rumahnya, tidak dibawa ke rumah sakit. Ia diberikan obat-obatan dan diminta untuk beristirahat.

Dua hari kemudian, Mayjen Simons mengumumkan bahwa Panglima Tentara mendapat serangan jantung. Kondisinya kritis.

Hari Rabu, 25 Mei 1949, sekitar pukul 12.30 waktu Batavia, Panglima Tentara Belanda itu dinyatakan meninggal dunia.

-RNS-

One Reply to “Apakah Jenderal Spoor tewas karena diracun saat makan di restoran di Tanjung Priok?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *