Me 262, Jet Tempur Operasional Pertama di Dunia (Bagian 1)

Me 262Eric Long/Air and Space Museum

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Para awak meriam penangkis serangan udara Jerman terperangah dan seketika memandang ke udara. Mereka terkejut saat untuk pertama kalinya menyaksikan beberapa pesawat berwarna hijau zaitun terbang melintas di udara dengan bunyi gemuruh di atas pangkalan udara Rheine-Hopsten yang sedang diliputi salju pada penghujung tahun 1944.

Pesawat yang berbentuk seperti ikan hiu itu tidak lain adalah jet tempur operasional pertama di dunia, yang diberi nama Messerschmitt Me 262. Mereka sedang berpatroli di langit Westphalia, mencari dan memburu setiap pesawat terbang Sekutu yang berani melintas.

Dalam beberapa menit, satuan pesawat jet itu pun menghilang, hanya meninggalkan bunyi gemuruhnya. Para awak penangkis udara Jerman pun kembali tugas mereka dengan persenjataan meriam-meriam flak.

Kemunculan serombongan pesawat Me 262 itu bukanlah hal yang tiba-tiba. Jerman Nazi sebelum Perang Dunia II sudah bercita-cita untuk memiliki pesawat tempur tercepat di dunia. Sebuah proyek pun diluncurkan pada 15 Desember 1938 dengan tujuan menghasilkan pesawat pemburu berkecepatan tinggi untuk melaksanakan operasi udara.

Pada 4 Januari 1939, industri kedirgantaraan Jerman, Messerschmitt AG yang berpusat di Augsburg, menerima perintah dari Kementerian Udara Jerman, Reichsluftfahrtministerium, untuk mengembangkan pesawat tempur seperti yang sedang dikembangkan Heinkel.

Pesawat buatan Heinkel, yaitu He 280, ditenagai mesin turbin BMW P 3302 merupakan pesawat tempur jet pertama Jerman, yang melakukan penerbangan perdana pada 30 Maret 1941. Pesawat diterbangkan dari pangkalan Rostock-Marienehe oleh pilot penguji Fritz Schafer. Dalam tempo hanya beberapa minggu kemudian, Inggris pada 15 Mei juga menerbangkan pesawat jetnya pertamanya, Gloster E.28/39.

Messershmitt yang agak terlambat memulai proyek pesawat jet tempurnya, segera membentuk tim perancang yang dipimpin oleh Waldemar Voigt. Mereka berkutat di Augsburg, bekerja siang-malam untuk secepatnya menghasilkan apa yang diminta penguasa Jerman Nazi.

Beberapa rancangan pun kemudian dihasilkan. Namun tak satu pun yang memuaskan. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa yang terbaik adalah memakai dua mesin di bawah sayap.

Sebuah prototipe yang dinamakan Me 262 V1 dan digerakkan secara kombinasi menggunakan propeler di hidung serta dua mesin jet di sayap, diterbangkan pada 18 April 1941.

Akan tetapi mesin jetnya gagal dan pesawat yang “aneh” itu pun tidak dikembangkan lebih lanjut.

Messerschmitt kemudian malah lebih mementingkan penyempurnaan pesawat tempur pistonnya yang lama, yakni Bf 109 dan Bf 110.

Sekalipun demikian, usaha untuk mengembangkan pesawat jet terus dilakukan, dan momentumnya tercapai ketika mesin Junkers Jumo 004 yang dibuat tim pimpinan Dr Anselm Franz dinilai memenuhi syarat. Mesin itu pun kemudian dipasang pada prototipe Me 262 V3. Pesawat diuji pada 18 Juli 1942 di pangkalan Lepheim.

Sementara uji coba pesawat Me ini berlangsung, pesawat buatan Heinkel yang dikembangkan lebih dulu, malah mengalami berbagai masalah dan akhirnya program He 280 pun pada Maret 1943 dihentikan.

Dipuji Adolf Galland

Para pilot Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), yang mengikuti perkembangan pesawat Me 262 tertarik dengan potensi pesawat ini. Mereka pun ikut mendorong agar prototipe Me 262 terus dikembangkan, termasuk mesin serta persenjataannya.

Bahkan tak kurang ace Jerman kenamaan, General der Jagdflieger Adolf Galland, mencoba menerbangkan Me 262 V4 pada 22 Mei 1943. Ia memuji pesawat yang revolusiner ini. Begitu pula para perwira tempur Luftwaffe lainnya, seperti Mayor Wolfgang Spate yang sarat dengan pengalaman, memuji pesawat ini.  

Tiga hari kemudian pada 25 Juni, dalam suatu sidang di Berlin direkomendasikan agar pengembangan pesawat tempur bermesin piston Me 209A dibatalkan, dan semua dana serta upaya dipusatkan untuk pesawat jet Me 262. Tiga hari setelah itu, keluar pesanan untuk memproduksi 100 pesawat Me 262.

Sementara itu, situasi Perang Dunia II yang terus berkecamuk menimbulkan pemboman sistematis terhadap Jerman oleh Angkatan Udara Inggris dan AS. Pabrik pesawat Messerschmitt di Regensburg pun tak luput dari bom Sekutu pada 17 Agustus 1943. Akibatnya lini produksi yang disiapkan untuk Me 262 hancur. Messerschmitt AG harus memindahkan fasilitasnya ke Oberammergau di dekat pegunungan Alpen Bavaria, Jerman Selatan.

Penundaan produksi ini dipersulit dengan kian langkanya tenaga kerja yang terampil, sehingga program produksi tertunda selama beberapa bulan. Padahal masalah waktu amat berharga dalam peperangan.

Apabila pada semua prototipe sebelumnya salah satu roda pesawat masih terpasang di bagian ekor, maka pada Me 262 V5 dipasang pada hidung pesawat dan menjadi standar untuk pesawat tempur jet ini.

Akhirnya prototipe Me 262 V6 dengan mesin Jumo 004B yang terbang pertama pada 17 Oktober 1943 dengan roda pendarat yang dapat dilipat, ditetapkan sebagai Me 262 yang definitif.

Sebelum pesawat definitif ini diproduksi, sejumlah prototipe sebelumnya telah dipakai untuk melatih para pilot Luftwaffe. Untuk itu dibentuk Erprobungskommandoatau Komando Uji di pangkalan udara Lechfeld, dipimpin Werner Thiefelder.

Selain melatih pilot, komando ini juga menguji persenjataan dan hal-hal teknis lainnya dari pesawat Me 262. Produksi dimulai Maret 1944, namun lagi-lagi terganggu oleh serangan udara Sekutu di Leipheim. Ketika itu Jerman memang sudah pada  posisi defensif, terutama di Italia dan Rusia, sementara serangan udara nonstop siang-malam dilancarkan AS dan RAF bergantian.

Menjelang produksi dimulai, timbul pemikiran dari pemimpin Nazi Adolf Hitler agar pesawat jet tersebut berkemampuan juga sebagai pesawat pembom. Hitler melihat  pendaratan Sekutu di pantai Afrika Utara maupun di Italia seperti Sisilia dan Salerno, tidak mampu dibendung Luftwaffe yang minim pesawat pembom. Karena itu Hitler menghendaki Me 262 juga dikonsepsikan sebagai pembom-tempur. Hitler lalu mengundang pertemuan pada 26 November 1943 di Insterberg di Prusia Timur, yang antara lain dihadiri Prof. Willy Messerschmitt sendiri.

Dari pertemuan itu, permintaan Hitler agar Me 262 juga berfungsi sebagai Blitzbomber, pesawat berkecepatan tinggi yang mampu membawa bom diupayakan untuk dipenuhi. Sejak itu pesawat Me 262 punya dua fungsi, sebagai pesawat tempur/penyergap untuk superioritas udara maupun pembom-tempur.

Pesawat jet ini pun mulai diproduksi dan dioperasikan di medan perang, sekalipun campur tangan Hitler mengakibatkan mundurnya waktu untuk produksi.

Fuhrer bersikap begitu karena mengkhawatirkan invasi Sekutu di Front Barat, yang harus dicegah dengan aksi pemboman terhadap armada invasi. Tetapi perkembangan menunjukkan bahwa Me 262 memang lebih cocok sebagai pesawat tempur-penyergap daripada pembom.  

Sehebat-hebatnya pesawat tersebut, waktu ternyata tidak berpihak. Me 262 terlambat datangnya untuk membalikkan jalannya perang. Bahkan komandan Komando Uji, Thiefelder gugur dalam pertempuran udara pada 18 Juli 1944 di atas Bavaria. Pesawatnya ditembak jatuh oleh sebuah P-51 Mustang AS.

Messerschmitt Me 262 dijuluki sebagai Schwalbe (Burung Walet) dalam versi tempur, atau Sturmvogel (Burung Badai) dalam versi tempur-pembom.

-JDN/RB-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *