AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Ukraina mengakui kalau mereka tidak dapat menangkal serangan rudal supersonik milik Rusia peninggalan Soviet yaitu Kh-22 (NATO: AS-4 Kitchen).
Serangan rudal Kh-22 telah menghancurkan sebuah gedung apartemen di Dnipro pada hari Sabtu (14/1) dan menewaskan 40 orang.
Serangan itu disebut sebagai salah satu serangan paling mematikan terhadap sasaran sipil selama perang penuh yang telah berjalan 11 bulan.
“Selain serangan terhadap infrastruktur kritis, kami melihat bahwa target lain adalah bangunan tempat tinggal di Dnipro, yang dihantam oleh rudal Kh-22,” kata Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina Yuri Ignat kepada wartawan dalam konferensi pers pada hari Senin.
Ignat mengatakan bahwa Ukraina kekurangan sarana senjata untuk menangkal rudal tersebut.
“Saya menekankan bahwa tidak mungkin menembak jatuh rudal Kh-22 dengan sarana yang kami miliki di gudang senjata kami,” ujar Ignat.
Dilaporkan bahwa serangan Rusia itu telah memicu kemarahan rakyat Ukraina maupun negara lain.
Portal The Drive menulis, serangan Rusia terhadap Dnipro menunjukkan bahwa Ukraina telah mengalami kerentanan utama dalam kemampuan pertahanan udaranya.
Itulah alasan utama mengapa Ukraina membutuhkan sistem pertahanan udara yang lebih canggih seperti Patriot PAC-3 dan Aster SAMP/T seperti diminta oleh Presiden Volodymyr Zelensky.
Ignat menerangkan, Ukraina tidak dapat menembak jatuh Kh-22 karena kecepatan rudal jelajah bersayap delta itu memiliki kecepatan hingga Mach 4.
Rudal Kh-22 awalnya dikembangkan oleh Soviet sebagai rudal pembunuh kapal induk (carrier killer).
Selama Perang Dingin, Kh-22 dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir, meskipun bahan peledak konvensional alternatif tersedia.
Dalam serangan terhadap gedung apartemen di Dnipro, diduga Rusia meluncurkan rudal Kh-22 dari pesawat pembom Tu-22M3 Backfire-C.
-JDN-