Arab Saudi diberitakan akan mengakuisisi hingga 200 unit Rafale

ASMP-AAAE

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Arab Saudi diberitakan akan mengakuisisi 100-200 unit jet tempur Rafale buatan Dassault, Perancis.

Surat kabar Perancis La Tribune melaporkan, Arab Saudi saat ini mulai bersikap menjauhkan diri dari Amerika Serikat dan Jerman.

Sebab, reaksi Jerman dan AS atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 telah menciptakan ketidakpercayaan terhadap Riyad.

Selain itu, kontrak pembelian 80 unit Rafale senilai 16 miliar euro oleh Uni Emirat Arab menjadi salah satu pemicu Arab Saudi untuk mengakuisisi Rafale.

Meski demikian, La Tribune tidak dapat memastikan mengenai kapan kontrak pembelian Rafale akan dilakukan oleh Arab Saudi. Surat kabar berbasis di Paris itu menyebutnya sebagai hal yang masih sangat hipotetis.

Arab Saudi melengkapi angkatan udaranya dengan jet tempur F-15SA buatan AS dan juga Eurofighter Typhoon yang dikembangkan bersama oleh Jerman, Inggris, Italia, dan Spanyol.

Rafale melejit

Rafale menjadi pesawat tempur yang melejit dan diminati negara-negara besar saat ini.

Padahal dulunya jet tempur omnirole ini sangat sulit terjual.

Seorang pejabat pemerintahan Perancis bahkan mengatakan bila Rafale terlalu canggih untuk diekspor di tahun 2007.

Keterlibatan Rafale dalam Perang di Libya di tahun 2011 dan menjadi bintang di perang itu, mulai melambungkan jet ini ke kancah internasional. Walaupun saat itu, pesanan untuk Rafale tidak langsung diterima Perancis.

Gérard Longuet, Menteri Angkatan Bersenjata Perancis saat itu, sampai memperingatkan Dassault pada Desember 2011 bahwa ia akan menghentikan produksi Rafale jika tidak menerima pesanan ekspor.

Rafale disebut tidak sesukses jet Mirage yang populer di tahun 1970-an. Banyak negara lebih memilih jet tempur lain ketimbang Rafale.

Salah satu hambatan utama untuk prospek ekspornya adalah karena Rafale lebih mahal dari para pesaingnya.

Rafale adalah salah satu jet tempur paling mahal di dunia, dengan biaya sekitar €100 juta, menurut sebuah studi 2011 oleh University of Toulon.

Pesaingnya, termasuk jet tempur buatan Amerika Serikat, Gripen Swedia, dan Eurofighter Typhoon, relatif lebih ekonomis.

Perancis dikatakan telah menghabiskan lebih dari 50 miliar USD untuk pengembangan Rafale.

Namun semua perjuangan itu kini terbayar ketika banyak negara seakan berebut untuk mendapatkan Rafale dan rela antre untuk mendapatkannya.

-JDN-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *