Airspace Review

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Beberapa rudaI Rusia yang ditembakkan ke Ukraina merupakan produk baru langsung dari jalur produksi. Di antara senjata yang digunakan adalah rudal yang diproduksi pada Agustus tahun ini.

Hal ini dikatakan pada hari Sabtu oleh Vadim Skibsky, perwakilan dari intelijen militer Ukraina (GUR), seperti diberitakan Bulgarian Military pada 5 Desember 2022.

“Beberapa roket datang langsung dari jalur produksi. Berapa lama mereka bertahan sangat bergantung pada produksi. Dibandingkan dengan periode sebelum perang, produksi telah menurun, tetapi sayangnya Rusia masih dapat memproduksi sejumlah rudal jelajah dan senjata lain yang digunakan untuk melawan negara kita sebagai hasil dari menghindari sanksi ekonomi,” kata Skibsky. Pernyataannya dipublikasikan oleh GUR di situs resminya.

Perwakilan intelijen mengulangi penilaian sebelumnya bahwa untuk beberapa jenis senjata Rusia sudah menggunakan cadangan strategis, yaitu 30 persen yang harus selalu ada dalam inventaris angkatan bersenjata.

Menurut GUR, selama dua bulan terakhir, Rusia telah mengimpor amunisi artileri 122 mm dan 152 mm dari Belarusia.

Intelijen Ukraina sebelumnya juga melaporkan bahwa Kremlin sedang mencoba untuk mendapatkan senjata dari negara ketiga.

Secara khusus, ini berlaku untuk roket Smerch dan Uragan untuk sistem artileri reaktif, karena produksi massal senjata ini belum dimulai di Rusia.

Negosiasi juga sedang dilakukan dengan Iran untuk mentransfer rudal ke Moskow. Bahkan ada laporan draf perjanjian mengenai hal ini, namun masih belum ada bukti bahwa misil tersebut telah mencapai Rusia.

Selama beberapa bulan, ada laporan tentang menipisnya sumber daya rudal Rusia. Menurut GUR, Moskow hanya memiliki sekitar 120 rudal balistik jarak pendek Iskander.

Pada awal November, Skibsky mengumumkan dalam sebuah wawancara dengan mingguan Inggris “Economist” bahwa Kremlin telah menggunakan hampir 80 persen rudal canggihnya.
2022 Invasi Rusia ke Ukraina.

-RBS-