Nasib KF-21 dibahas, Menkopolhukam: Tidak ada keputusan yang bisa diumumkan

KF-21 BoramaeKAI

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD pada hari Jumat (21/10), memanggil Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dan Wakil Menteri Pertahanan M. Herindra untuk rapat di kantornya.

Rapat berlangsung kurang lebih dua jam dipimpin oleh Menkopolhukam.

Detikcom memberitakan, dalam rapat tersebut dibahas nasib KF-21 Boramae, jet tempur yang dikembangkan oleh Korea Selatan dengan mitra Indonesia. Saat ini KF-21 sedang menjalani tahapan pengujian penerbangan dalam rangkat mendapatkan sertifikasi untuk kemudian diproduksi massal.

Mengenai KF-21, sering disinggung oleh media Korea Selatan di mana Indonesia masih menunggak kewajiban pembayaran proyek ini.

Jakarta dipertanyakan komitmennya untuk menuntaskan seluruh kewajiban pembayaran, di mana Indonesia menanggung sebanyak 20% dari total pembiayaan program pengembangan KF-21.

Ditanya wartawan usai mengikuti rapat di Kementerian Koordinator Polhukam, Kasau hanya menjawab singkat.

“Lancar, rapatnya lancar. Hubungannya kan ke pesawat ya, pesawat KFX/IFX,” ujar Kasau.

Fadjar tidak mau membeberkan hasil rapat. Dia menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Menkopolhukam.

“Nanti keputusan dari Pak Menko, ya,” imbuhnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Menkopolhukam mengatakan hasil rapat tersebut telah keluar. Namun dia tidak mau membeberkannya kepada publik.

“Ya, ya (bahas) alutsista, tapi ndak ada keputusan-keputusan yang menarik,” kata Mahfud seperti dikutip Detikcom.

Dikatakan bahwa tidak ada yang bisa diumumkan.

“Ndak ada keputusan yang bisa diumumkan,” sambungnya.

Jakarta lebih condong ke Barat

Sementara itu, Meteri Pertahanan RI Prabowo Subianto pada minggu ini masih berada di Amerika Serikat dalam kunjungannya dinasnya.

Prabowo bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Direktur CIA William Burns.

Di AS, Menhan RI juga mengadakan kunjungan dan pembicaraan dengan pihak pabrik pesawat Boeing dan Lockheed Martin.

Dalam foto yang beredar di media sosial, Menhan RI dalam pertemuan dengan Boeing di antaranya membahas mengenai jet tempur F-15IDN yang akan dibeli oleh Indonesia. Hal ini terlihat dari slide yang ditampilkan di ruang rapat.

Sementara di Lockheed Martin belum diketahui apa yang dibicarakan.

Namun dengan Lockheed Martin tentunya Indonesia dalam waktu dekat akan menerima pengiriman pesawat C-130J-30 Super Hercules. Indonesia membeli lima unit pesawat ini.

Kemudian Indonesia juga masih punya rencana untuk meningkatkan (upgrade) pesawat F-16 yang dimiliki ke platform Block 70 (Viper).

Selain berniat membeli jet tempur F-15EX dari AS, sebelumnya Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian enam unit jet tempur Rafale dari Perancis.

Kementerian Pertahanan RI mencanangkan pembelian Rafale sebanyak 42 unit, di mana setelah enam unit yang dibeli akan dilanjutkan dengan tambahan berikutnya sebanyak 36 unit.

Selain Rafale, berhembus lagi informasi bahwa Indonesia akan membeli 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 eks Qatar.

Angkatan Udara Qatar Emiri (QEAF) memensiunkan Mirage 2000-5 karena sudah membeli 36 jet tempur Rafale dari Perancis.

Indonesia tampaknya memang akan mengakuisisi pesawat-pesawat tempur buatan Barat, termasuk AS dalam hal ini.

Kembali ke pokok bahasan utama, rapat mengenai KF-21 Boramae (sebelumnya proyek ini bernama KF-X/IF-X), publik menunggu apa keputusan yang dihasilkan dari rapat tersebut.

Namun Menkopolhukan menyatakan tidak ada keputusan yang menarik dan tidak ada yang perlu dimumukan.

Ya, begitulah, publik hanya bisa bertanya-tanya.

-Poetra-

One Reply to “Nasib KF-21 dibahas, Menkopolhukam: Tidak ada keputusan yang bisa diumumkan”

  1. Padahal klo KF-21 di lanjutkan akan berdampak signifikan pada penguasaan teknologi pembuatan pespur oleh anak bngsa, Krn bisa di rakit oleh PT. Di. Ya sudahlah mmg untuk hal kemandirian, msh jauh dari kenyataan.klo melihat arah menhan. Beli…beli…ngutang pula duitnya. Saat kena embargo baru nyaho, spt tahun 2000an awal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *