Gunakan drone Iran, benarkah industri pertahanan Rusia lemah?

Mohajer-6 and Shahed-136Tasnim, AFP

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Ibarat permainan sepak bola, di babak kedua setelah delapan bulan berperang dengan Ukraina, pasukan Moskow kini mulai melancarkan serangan-serangan balik yang membuat pertahanan gawang Kyiv kebobolan.

Taktik dan strategi mengecoh prajurit militer Ukraina, dilakukan Rusia dengan meluncurkan rudal jelajah sebagai pengumpan dan juga pengerahan drone kamikaze (loitering munition) buatan Iran Shahed-136 yang telah dibaptis di Rusia dengan nama baru Geran-2.

Drone kamikaze Shahed-136 dapat lolos dari pantauan radar dan sistem pertahanan udara Ukraina. Salah satu caranya adalah dengan terbang rendah.

Beberapa yang berhasil dideteksi secara visual memang bisa dihancurkan juga. Ukraina mengerahkan berbagai cara untuk melawan drone tersebut.

Kyiv kini tak lagi terlindungi sepenuhnya. Sebab, faktanya pasukan drone “kaleng-kaleng” ini menimbulkan dampak yang sangat serius.

Terbukti bahwa di Senin pagi tanggal 17 Oktober, empat serangan drone kamikaze Shahed-136 telah menghancurkan sejumlah infrastruktur di jantung Ukraina.

Drone Rusia itu juga menyerang bangunan tempat tinggal di distrik Shevchenkivskyi yang menewaskan tiga orang dan menimbulkan kepanikan yang besar.

Rekaman video saat kejadian, memperlihatkan drone Shahed-136 tiba-tiba datang membuat orang-orang yang berada di pinggir jalan berlarian. Fotografer AFP berhasil memotret dari jarak dekat sebelum drone itu melayang jatuh dan menimbulkan ledakan serta kebakaran.

Namun di balik ampuhnya srangan drone kamikaze ini, pihak Barat menilai bahwa dengan penggunaan drone Iran, industri pertahanan Rusia sebenarnya lemah. Rusia disebut tak mampu memenuhi kebutuhan drone militernya melalui industri domestik.

Penggunaan drone buatan Iran oleh Rusia dalam perang melawan Ukraina, memperjelas kelemahan industri dalam negeri sang Beruang Merah, kata sejumlah ahli dari Barat seperti ditulis AFP.

Disebutkan bahwa Washington meyakini Iran telah memasok ratusan drone ke Rusia yang kemudian digunakan untuk menggulung kota-kota dan infrastruktur di Ukraina, khususnya Kyiv.

Sejauh ini dua jenis drone Iran telah berhasil diidentifikasi di langit Ukraina. Kedua drone itu punya fungsi berbeda.

Pertama adalah Shahed 136 yang berperan sebagai drone bunuh diri. Drone ini dapat diprogram untuk terbang secara otomatis ke satu set koordinat GPS dengan membawa muatan bahan peledak.

“Ia terbang cukup rendah, menyerang target yang diam pada jarak beberapa ratus kilometer,” kata Pierre Grasser, peneliti dari Universitas Sorbonne, Paris.

Yang kedua, adalah Mohajer-6. “Drone ini mirip dalam ukuran dan fungsionalitas dengan drone Bayraktar TB-2 dari Turki,” ujar Vikram Mittal, profesor di Akademi Militer AS di West Point.

Drone bersenjata jenis amunisi yang berkeliaran, sangat efektif ketika musuh tidak memiliki cara untuk melindungi diri mereka sendiri atau melawannya, kata Jean-Christope Noel, peneliti di Institut Perancis.

Noel mengatakan sebagian besar kesuksesan awal mereka telah diraih. Mereka telah menjadi senjata baru di medan perang.

“Ukraina pada akhirnya akan menembak jatuh atau menangkap salah satu drone, membedahnya, dan mengembangkan sistem kontra-drone,” tambahnya. Namun tentu saja, hal itu akan membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Untuk saat ini, pasukan Kyiv dapat menggunakan rudal antipesawat jenis panggul (MANPADS), yang diluncurkan dari bahu prajurit untuk menyerang drone di siang hari, atau versi yang dilengkapi radar di malam hari.

Mereka juga dapat mencoba menggunakan teknik gangguan GPS untuk mematikan Shahed-136, sebab mereka tidak memiliki sistem cadangan untuk mencapai target mereka tanpa panduan satelit.

Salah satu kekurangan drone kamikaze, adalah karena drone ini hanya bisa menyasar target yang diam alias tidak bergerak.

“Mereka tidak menimbulkan ancaman bagi pasukan di lapangan. Oleh karena itu, kedatangan drone ini seharusnya tidak mengubah arah pertempuran,” kata Noel.

Lalu kembali ke pertanyaan yang menjadi judul ini, apakah benar industri pertahanan Rusia lemah sehingga Rusia harus menggunakan drone buatan Iran untuk berperang dengan Ukraina?

Cara tercepat

Jawabannya tentu panjang. Namun secara umum dapat dikatakan Rusia memang “terlambat” dalam pengembangan drone dibanding negara-negara lainnya, bahkan tertinggal lebih dulu oleh Turki.

Membeli “ribuan” drone dari Iran, merupakan cara tercepat dan ternyata terbukti hasilnya.

Kalashnikov Concern melalui anak perusahaannya ZALA Aero dapat diandalkan Moskow sebagai salah satu penghasil drone kamikaze. Hal ini pun telah dibuktikan dengan salah satu produk drone kamikazenya yaitu ZALA Lancet yang berhasil menghancurkan istem pertahanan udara S-300 Ukraina.

“Kementerian pertahanan telah menyusun persyaratan taktis dan teknis untuk drone. Namum sayangnya sebagian besar pabrikan (Rusia) tidak dapat memenuhinya,” kata Kolonel Rusia Igor Ischchuk baru-baru ini kepada kantor berita TASS.

Sanksi Barat terhadap Ukraina juga dirasakan sebagai salah satu penghambat bagi industri Rusia untuk berlari kencang memenuhi kebutuhan militer mereka dengan cepat.

Lebih-lebih karena rantai pasokan sebelumnya telah terganggu selama lebih dua tahun terakhir akibat pandemic COVID-19.

Setelah diembargo, Rusia tidak lagi memiliki akses ke komponen teknologi dari Barat.

Kondisi ini pula yang memengaruhi industri pertahanan Rusia, hingga industri dalam negeri mereka bisa mandiri sepenuhnya.

Cara terbaik dan tercepat di tengah perang yang sengit dengan kebutuhan drone kamikaze yang sangat medesak bagi Moskow, adalah dengan memborong drone dari Iran yang tersedia dan siap pakai.

-RNS-

One Reply to “Gunakan drone Iran, benarkah industri pertahanan Rusia lemah?”

  1. strategi petang brillian dari rusia dengan menggunakan alat perang dari negara lain agar tidak dapat “dibaca” oleh pihak barat/musuh sejauh mana keunggulan dan kekurangan alutsista yang dimilikinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *