AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tidak diketahui apakah Vadym, pilot muda jet tempur MiG-29 Fulcrum Angkatan Udara Ukraina, saat ini masih hidup atau sudah meninggal.
Yang jelas, di tengah pemberitaan mengenai telah terjadinya “dogfight” antara drone vs pesawat tempur di medan perang Ukraina, berujung pada jatuhnya MiG-29 dan sang pilot Vadym melontarkan diri ke luar dari kokpit pesawat itu.
Isu berkembang, MiG-29 terkena pecahan drone yang kemudian masuk ke mesin pesawat sehingga pesawat mengalami gangguan teknis dan pilot pun memutuskan untuk menyelamatkan diri dari keadaan darurat tersebut.
Awalnya informasi itu dianggap mengada-ada. Namun Biro Investigasi Negara di Ukraina mengatakan, bahwa benar pilot MiG-29 Angkatan Udara Ukraina terpaksa keluar dari pesawat tempurnya setelah mengalami kerusakan akibat pecahan amunisi usai terjadi ledakan drone kamikaze Shahed-136.
Dikatakan, MiG-29 Angkatan Udara Ukraina jatuh saat mencegat drone kamikaze Shahed-136 buatan Iran untuk menembaknya di wilayah Vinnytsia pada 12 Oktober.
Pilot selanjutnya berupaya mengarahkan pesawat tempur ke lapangan untuk menghindari kehancuran skala besar di kalangan warga sipil.
Dia kemudian berhasil eject dari pesawatnya dan kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Disebutkan, pilot dalam kondisi stabil setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, seperti dikutip Defence Blog.
Pejabat Ukraina mengatakan, pilot MiG-29 Ukraina itu telah menembak jatuh lima Shahed-136 dan dua rudal jelajah jenis yang dirahasiakan sebelum memutuskan untuk keluar dari pesawatnya.
Terkait pilot MiG-29 dalam peristiwa tersebut, Kementerian Pertahanan Ukraina pada 15 Oktober atau tiga hari setelah kejadian, merilis foto pilot MiG-29 bernama Vadym dan menyebutnya sebagai pahlawan.
“Pembunuh (drone) Shahed. Ini adalah pilot yang membela langit di atas Vinnytsia. Dia telah menembak jatuh 5 Shahed dan 2 rudal. Nama sang pahlawan adalah Vadym,” tulis Kementerian Pertahanan Ukraina dalam pernyataan melalui akun Twitternya.
Warganet di Indonesia bertanya-tanya, mengapa foto Vadym dirilis oleh Kementerian Pertahanan Ukraina. Bukankah kerahasiaan pilot tempur di saat perang seperti ini sangat dijaga demi keselamatannya?
Dari situlah ada yang menduga kalau seorang prajurit yang telah gugur biasanya akan dikenang jasanya dan fotonya pun disebarkan. Apakah ini mencerminkan kondisi sebenarnya terkait Vadym? Kita tidak tahu.
Mesin potong rumput
Munculnya drone kamikaze dalam perang modern telah membuka mata panglima perang hingga pengamat militer, bahwa ada fenomena baru di mana senjata murah sekalipun bisa menimbulkan kerusakan yang masif di pihak musuh.
Dan hal ini yang sedang dipertontonkan Rusia kepada dunia, sampai-sampai para petinggi militer di Amerika Serikat dalam sebuah seminar membahas masa depan perang dan khususnya tantangan yang dihadapi pasukan darat.
Akan halnya drone Shahed-136 buatan Iran atau di Rusia dinamai Geran-2, informasi menyebut drone kamikaze ini menggunakan mesin pemotong rumput yang sebenarnya.
Tidak heran bila suaranya pun mendengung. Pasukan Ukraina sering menyebutkan sebagai suara sepeda motor.
Salah satu kelebihannya adalah karena dia mampu terbang rendah sehingga radar sulit mendeteksinya. Kerusakan yang ditimbulkan Shahed-136 ini cukup kuat karena ia membawa muatan 50 kg TNT, tulis Frontier India.
Secara psikologis drone ini telah berhasil menebar ketakutan di kalangan prajurit Ukraina di mana ia dapat datang secara tiba-tiba dan menyerang objek militer.
Shahed-136 merupakan amunisi berkeliaran yang sepenuhnya dikembangkan dan diproduksi oleh industri pertahanan Iran. Drone ini diresmikan pada Desember 2021 menurut laporan televisi Iran.
Shahed-136 memiliki panjang 3,5 m, lebar sayap 2,5 m, dan berat 200 kg.
Drone ini dapat terbang hingga hingga 2.500 km dengan kecepatan maksimum 185 km/jam.
Memang Rusia seperti terlambat menyadari arti pentingnya drone kamikaze, sejak awal perang pada 24 Februari lalu.
Kini perang Rusia-Ukraina meningkat lagi dinamikanya dengan kehadiran drone-drone bunuh diri.
Drone jenis ini jelas lebih murah karena dirancang untuk sekali misi, dibanding drone intai serang yang menyerupai pesawat namun bedanya tidak diawaki.
Rusia sendiri sebanarnya sudah melakukan pengembangan loitering munition ini melalui ZALA Aero, anak perusahaan dari Kalashnikov Concern.
ZALA Lancet, salah satu prduknya, pada akhirnya pun membuktikan keampuhannya setelah berhasil menghajar dua sistem pertahanan udara S-300 milik Ukraina.
Serangan drone kamikaze yang masif, ibarat hantu penebar maut yang sulit dibendung.
Tidak salah bila Ukraina mengerahkan segala cara untuk menangkalnya agar tidak kecolongan.
Namun hati-hati bagi pihak Rusia sendiri, kelengahan akan timbul karena Ukraina juga sedang memesan ribuan drone kamikaze.
Beberapa kejadian telah membuktikan bahwa fasilitas-fasiltias di pihak Rusia pun, seperti kilang minyak, kecolongan dan berhasil diledakkan dengan menggunakan drone oleh Ukraina pada Juni lalu.
-RNS-