A-4AR Fightinghawk AU Argentina, kakek tua yang belum dapat pengganti

A-4AR ArgentinaFAA

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Ibarat manusia, jet serang A-4 Skyhawk adalah seorang kakek tua. Pesawat buatan Douglas Aircraft Company, Amerika Serikat ini terbang perdana pada 22 Juni 1954.

Kalau dihitung dari pertama kali mengudara, berarti saat ini umurnya sudah mencapai 68 tahun.

Sebanyak 2.960 unit A-4 berbagai varian berhasil diproduksi oleh Douglas Aircraft yang kemudian diteruskan oleh McDonnell Douglas.

Pengguna utama A-4 adalah Angkatan Laut AS (US Navy) dan Korps Marinir AS (USMC).

Di luar AS, pengguna terbanyak lainnya adalah Angkatan Udara Israel (IAF) dan Angkatan Udara Argentina (FAA).

TNI Angkatan Udara termasuk pengguna A-4 Skyhawk di mana Indonesia membeli 32 unit pesawat ini dari Israel melalui Operasi Alpha yang dirahasiakan di tahun 1979.

Pesawat A-4 TNI AU berhasil ditampilkan pada peringatan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1980 di Jakarta.

A-4 milik TNI AU dipensiunkan tahun 2004 seiring telah datangnya empat pesawat Su-27/30 yang dibeli dari Rusia pada tahun 2003.

Masuk ke pokok bahasan, Argentina mulai menggunakan A-4 Skyhawk setelah mengakuisisi 75 unit A-4 bekas pakai Angkatan Laut AS di tahun 1965.

Sebanyak 50 A-4P (eks A-4B) dioperasikan oleh Brigade Udara V dan 25 A-4C dioperasikan oleh Brigade Udara IV. Seluruh pesawat ini digunakan oleh FAA dari tahun 1965 hingga 1999.

Ketika terjadi Perang Malvinas di tahun 1982 dengan Inggris, Argentina kehilangan 19 pesawat A-4 Skyhawk.

Pesawat yang hilang kemudian digantikan oleh A-4M hasil modernisasi oleh Lockheed yang kemudian diberi nama A-4AR Fightinghawk.

Selain digunakan oleh Angkatan Udara, Argentina juga mengoperasikan A-4 Skyhawk di Skadron Pembom Tempur ke-3 Angkatan Laut Argentina.

Sebanyak 16 A-4Q (eks A-4B US Navy) dioperasikan dari kapal induk ARA Veinticinco de Mayo (V-2) sejak tahun 1971 hingga 1988.

Selama Perang Malvinas, pesawat-pesawat tersebut dioperasikan dari pangkalan di darat dan tiga di antaranya hilang dalam perang.

Pengoperasian A-4 oleh FAA mulai memburuk ketika di tahun 1978 Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata terhadap Argentina karena terjadi pelanggaran hak asasi manusia.

Situasi diperburuk lagi ketika tahun 1982 Inggris ikut-ikutan mengembargo senjata terhadap Argentina.

Tahun 1989, Carlos Menem terpilih menjadi Presiden Argentina. Carlos Menem membawa perubahan dengan menetapkan kebijakan luar negeri pro-Amerika Serikat sehingga Argentina memperoleh status sekutu utama non-NATO.

Tahun 1994, Amerika Serikat memberikan tawaran kepada Argentina untuk memodernisasi 36 unit pesawat A-4 bekas pakai USMC untuk Argentina dengan nilai 282 juta dolar AS.

Modernisasi akan dilakukan oleh Lockheed Martin bekerja sama dengan Fabrica Militar de Aviones (Pabrik Pesawat Terbang Militer – FMA ) milik Argentina.

Argentina setuju dan dibuatlah perusahaan patungan bernama Lockheed Martin Aircraft Argentina SA (LMAASA).

Argentina kemudian memilih 32 pesawat A-4M buatan tahun 1970-1976 bekas USMC dari Pusat Pemeliharaan dan Regenerasi Aerospace di Pangkalan Angkatan Udara Davis-Monthan di Tucson, Arizona. Empat unit lagi adalah TA-4F sebagai jet latih.

Perombakan total badan pesawat dan peremajaan kabel dilakukan. Demikian juga dengan penggunaan mesin baru Pratt & Whitney J52P-408A.

Sejumlah perombakan lainnya adalah pemasangan kursi lontar Douglas Escapec 1-G3, penggunaan helm HGU-55/P, sistem pembangkit oksigen (OBOGS) buatan Honeywell, integrase radar Westinghouse/Northrop Grumman AN/APG-66V2 (ARG-1), kontrol HOTAS dan kokpit kaca 2 layar warna CRT, avionic SHUD dari Sextant Avionique/Thales Avionics, sistem navigasi inersia Litton/Northrop Grumman LN-100G, bus data MIL-STD-1553B, dua komputer misi AN/AYK-14 Sistem Informasi Dinamika Umum, penerima peringatan radar (RWR) Northrop Grumman AN/ALR-93 (V)1, AN/ALQ-126B jammer, AN/ALQ-162 jammer, dispenser sekam/suar ALR-47, AN/APX-72 IFF, dan lainnya.

A-4M juga dilengkapi dengan tv dan laser spot tracker Hughes AN/ASB-19 Angle Rate Bombing System. Namun perangkat ini kemudian harus dihapus setelah diubah menjadi A-4AR, karena radar dapat memberikan data yang sama.

Dari sisi persenjataan, A-4AR dilengkapi dengan dua kanon internal Colt Mk.12 kaliber 20 mm 100 putaran.

Kemudian dua rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder, rudal udara ke darat dan bom, serta empat roket ARM-658 Mamboreta 57 mm buatan dalam negeri.

Kapasitas muatan persenjataan ini adalah 9.900 pon (4.490 kg) yang dibawa pada lima cantelan.

Pengerjaan semua kegiatan berdasarkan kontrak dilaksanakan terhadap 8 A-4M di pabrik Lockheed Martin di Palmdale, California dan sisanya di LMAASA Córdoba, Argentina.

Setelah semua program selesai, pada tahun 2010 LMAASA dikembalikan oleh AS ke pemerintah Argentina sebagai Fabrica Argentina de Aviones (FADEA).

Hingga saat ini armada A-4AR Argentina masih digunakan oleh FAA. Baru-baru ini pesawat juga masih dikerahkan dalam sebuah latihan pertempuran udara melawan F-16C Fighting Falcon milik FAA.

Argentina sejak tahun 2013 sebenarnya sudah mencari calon pengganti A-4AR. Bagaimana pun pesawat ini harus ada penggantinya karena tidak mungkin si kakek akan terus menanggung beban tugas.

Dari sisi penampilan, A-4R Fightinghawk tampak masih kencang otot-otonya. Tapi tidak diketahui apakah dia juga masih beringas dari sisi teknis dan performa.

Awalnya Argentina ingin mengakuisisi jet FA-50 Fighting Eagle dari Korea Selatan sebagai pengganti A-4AR. Namun rencana tersebut diblokir oleh Inggris sebagai salah satu pemasok komponen FA-50.

Buenos Aires kemudian mencari alternatif ke China dan Pakistan.

Dikabarkan, peluang datang untuk mengakuisisi JF-17 Thunder. Harapannya adalah varian terbaru yakni JF-17 Block III.

Kita nantikan kabar selanjutnya.

-Poetra-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *