Kekuatan Udara Rusia dipertanyakan USAF dalam perang di Ukraina

Charles-Brown-in-his-officeWikiBio

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kepala Staf Angkatan Udara AS (USAF) Jenderal Charles Q. Brown Jr. mempertanyakan kekuatan udara Rusia yang tidak bisa menguasai kontrol udara dalam perang di Ukraina.

Pesawat-pesawat modern Angkatan Dirgantara Rusia bahkan menjadi sasaran sistem pertahanan udara Ukraina seperti S-300 dan juga rudal panggul antipesawat Stinger.

Pesawat maupun helikopter militer Rusia, kata Brown, berhasil dihancurkan dalam ketinggian rendah ketika mereka berusaha lolos dari tangkapan radar Ukraina.

Sementara USAF, lanjut Brown, berhasil mengukuhkan superioritas dan kontrol wilayah udara di semua konflik dalam beberapa dekade terakhir, seperti intervensi NATO di Kosovo dan kampanye melawan ISIS dari udara.

Dari sini Brown melihat, invasi Rusia ke Ukraina menjadi momen perang kembali ke masa depan dan memaksa penerbangan militer untuk menghadapi perhitungan.

“Tidak ada pihak yang memiliki superioritas udara,” kata Brown pada 16 September di Konferensi Internasional Kepala Angkatan Udara di Washington, DC.

Sebaliknya, perang darat lengkap, termasuk perang senjata artileri.

“Anda hampir dapat kembali ke sebuah jenis perang Perang Dunia I di mana Anda hanya memindahkan sesuatu ke depan dan ke belakang,” ujar Brown.

Ketika pertempuran bergeser ke bentangan luas Ukraina timur dan selatan, itu menjadi perang artileri dan infanteri, ucapnya.

Maka dari itu, peran kekuatan udara telah menjadi subyek banyak perdebatan setelah apa yang terjadi di langit di atas Ukraina.

Sementara drone Bayraktar TB2 buatan Turki dan drone komersial telah digunakan dalam serangan terhadap kendaraan-kendaraan lapis baja Rusia.

Mereka tidak digunakan untuk mengawasi langit. Bahkan, mereka memainkan beberapa peran kasar yang dimainkan oleh pesawat dalam analogi Perang Dunia I seperti pengintian lokasi dan artileri.

Ketidakmampuan Rusia untuk menetapkan kehendaknya atas negara yang lebih kecil telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana AS akan terlibat dalam konflik dengan musuh di mana AS menekankan superioritas udara sebagai bagian dari doktrinnya.

Meski demikian, Brown menolak gagasan bila militer AS akan secara mendasar mengubah pandangannya tentang kekuatan udara sehubungan dengan perang Rusia-Ukraina.

“Alih-alih menunjukkan perlunya memikirkan kembali dasar-dasar, invasi Rusia ke Ukraina telah menunjukkan nilai kekuatan udara (dan) apa yang dapat dilakukan,” kata Brown seperti diberitakan Air & Space Forces.

-Jaden-

2 Replies to “Kekuatan Udara Rusia dipertanyakan USAF dalam perang di Ukraina”

  1. apa yang terjadi di rusia adalah kemandekan di bidang pengembangan elektronika jammer radar dan pengembangan sistem yang lebih portable, terlihat alat komunikasi rusia yg terkesan besar dari segi ukuran dan lebih berat,… sedangkan untuk jamming IR rusia juga tertinggal, intinya rusia tertinggal 30 – 40 thn an dlm memportable alat elektronik,…
    namun dengan ketertinggalan nya rusia masih bisa membuat alat dengan fungsi yg sama dan handal yahhh kembali ketidak portablenya kadang menyulitkan di lapangan
    mungkin watak keras kepala desainer rusia perlu di ubah menjadi lebih terbuka dan belajar ke banyak negara

  2. Amerika sesumbar mampu mengontrol udara musuhnya.. padahal yg dilawan ISIS, Al-Qaeda, Taliban yg mereka tdk punya pesawat dn peralatan darat ke udara..
    Pernah melawan Irak Saddam Hussein yg sdh babak belur menghadapi Iran plus dg peralatan yg kuno..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *