AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Hati-hati dengan komponen bodong. Terlebih itu adalah komponen yang digunakan pada kursi lontar pesawat tempur untuk menyelamatkan pilot dalam keadaan darurat.
Nasib naas tak bisa dihindari oleh pilot F-16 Angkatan Udara AS (USAF) Letnan Satu David Schmitz (32 tahun).
Ia meninggal dalam kecelakaan fatal saat kursi lontar F-16 yang ia awaki tidak bisa berfungsi dengan baik. David terlontar dengan kursi pesawat ke udara, namun payung kursi lontar itu tidak mengembang akibat komponen elektroniknya tidak bekerja.
David Schmitz adalah penerbang F-16 Fighting Falcon di Pangkalan Angkatan Udara Shaw Carolina Selatan.
Saat itu Schmitz sedang melaksanakan misi penerbangan malam dan mengalami pendaratan malam hari yang gagal.
Penyelidikan resmi Angkatan Udara beberapa bulan setelah kecelakaan itu menemukan bahwa komponen elektronik di dalam kursi lontar diduga palsu.
USAF mencurigai adanya bagian-bagian kursi itu yang palsu, namun mereka menyembunyikan informasi itu di bagian nonpublik dari laporan investigasi kecelakaannya, tulis majalah Air & Space Forces.
Rincian tersebut terungkap dalam gugatan perdata federal yang diajukan oleh janda Schmitz, Valerie.
Istri mendiang Schmitz menuntut tiga perusahaan pertahanan AS karena kelalaian dan menyesatkan Angkatan Udara tentang keamanan produk mereka.
“Apa yang dilakukan militer pada dasarnya berbahaya,” kata pengacara penggugat Jim Brauchle, pada hari Selasa.
Kasus di Pengadilan Distrik AS di Carolina Selatan menargetkan pabrikan F-16 Lockheed Martin; Collins Aerospace, yang membuat kursi lontar ACES II yang dipasang di pesawat di seluruh Angkatan Udara.
Perusahaan lain yang terindikasi terlibat adalah Teledyne Technologies, yang membuat sekuenser pemulihan digital kursi.
Sequencer seharusnya menjalankan langkah-langkah proses ejeksi saat dipicu dalam keadaan darurat.
Produk Teledyne ini digunakan di kursi lontar pada jet tempur F-15, F-16, F-22 dan F-117, pesawat serang A-10, dan pesawat pengebom B-1 dan B-2.
Dalam kasus Schmitz, kursi ejeksi terlontar 130 kaki ke udara tetapi gagal meluncurkan parasutnya.
Penerbang itu jatuh ke tanah sekitar tujuh detik kemudian saat masih terikat di kursinya. Dia meninggal karena benturan.
-Jaden-