AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kasuari Perkasa merupakan Latihan Puncak Komando Operasi Udara (Koopsud) III yang digelar setiap tahun.
Latihan ini melibatkan seluruh satuan yang ada bawah jajaran Koopsud III yang bermarkas di Biak, Papua dan juga instansi lain yang terkait.
Kesiapan dan kesigapan Koopsud III menjadi tolak ukur bagi melalui pelaksanaan latihan ini untuk kemudian dievaluasi.
Kasuari 2022 menyimulasikan bahwa telah terjadi gempa dengan kekuatan 9,1 SR di kedalaman 10 km di wilayah perairan Kabupaten Mimika (60 km barat Timika). Gempa ini kemudian diikuti dengan gelombang tsunami setinggi 10 m.
Pemerintah daerah bersama BPBD dan seluruh elemen masyarakat yang terdiri dari Basarnas, Kepolisian, Emergency Response Group, Palang Merah Indonesia, dan Saka Dirgantara mencoba menangani bencana tersebut bersama-sama.
Pesawat CN235 MPA dari Skadron Udara 27 melaksanakan operasi survei dan pemotretan udara.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pemantauan dari udara serta menganalisis data hasil foto udara untuk mendapatkan data awal kerusakan bencana yang disimulasikan.
Selain itu misi ini bertujuan mencari dan menentukan Dropping Zone untuk penerjunan Assesment Team, tulis Dispenau melalui akun Facebooknya.
Satgas Penanggulangan Bencana melaksanakan tahapan latihan operasi selanjutnya.
Disimulasikan bahwa daerah terdampak bencana yang terisolasi membutuhkan bantuan segera.
Beranjak dari kondisi tersebut, kemudian dikerahkan 10 penerjun yang bertugas sebagai Tim Assessment untuk menilai kerusakan bandara beserta fasilitas penerbangan yang ada di sekitarnya guna mendukung Latihan tugas Operasi SAR Penangulangan Bencana.
Batalyon Komando 468 Kopasgat segera menyiapkan Tim Assessment berjumlah 10 Personel yang terdiri dari Dantim Assessment, Meteo, Pllu, Zilap, Komlek, Kesehatan dan Intel. Seluruh personil Tim Assesment akan diterjunkan langsung dari pesawat CN235 Skadron Udara 27 Lanud Manuhua, Biak.
Selanjutnya, 10 personel Pasgat dan Basarnas diturunkan dan masuk ke lokasi bencana dengan teknik rappelling, di mana tali diturunkan setelah helikopter melaksanakan hovering 70 kaki di atas sasaran.
Penerjunan pasukan dengan teknik rappelling dilaksanakan menggunakan satu helikopter EC725 Caracal dari Skadron Udara 8.
Teknik rapelling adalah suatu manuver helikopter dalam suatu kegiatan operasi dengan cara menurukan (dropping) pasukan menggunakan tali khusus.
Hal ini karena helikopter tidak dapat mendarat di tempat tersebut.
Tali khusus untuk rappeling mempunyai kemampuan menahan beban lebih kurang 300 kg dengan panjang tali lebih sekitar 100 kaki (33 meter).
Babakan selanjutnya adalah pengiriman logistik dengan menggunakan teknik penerjunan helibox berisi logistik yang diperlukan. Penerjunan logistik ini dilaksanakan menggunakan pesawat CN235 Skadron Udara 27.
Pesawat CN235 menerjunkan sejumlah 24 helibox dengan berat tiap helibox maximal 5 kg dari ketinggian 500 kaki di atas permukaan tanah, dari udara ke darat pada daerah yang terisolasi.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan kedisiplinan, ketepatan sasaran, kejelian dan presisi waktu yang harus dimiliki oleh awak pesawat terbang.
Helibox adalah suatu kemasan yang didesign sedemikian rupa, sehingga berbentuk blade dari propeler.
Dengan begitu, pada saat dilempar dari pesawat kotak tersebut akan berputar seperti baling baling dan akan memperlambat/mengurangi efek grafitasi bumi. Tujuannya agar benturan saat pendaratan menjadi minimal.
Akurasi dan penerjunan juga menjadi tinggi, yaitu kurang lebih 10 m dari titik penerjunan (dropping point), karena kotak tersebut jatuh secara vertikal.
Pesawat CN235 registrasi A-2307 melaksanakan penerjunan bekal ulang LSC sebanyak tiga kali dalam Latihan Koopsud III Kasuari Perkasa 2022 ini.
LSC adalah suatu kemasan yang di design sedemikian rupa, sehingga berbentuk tabung dan menggunakan paracute.
Dengan demikian, pada saat dilempar dari pesawat, tabung tersebut akan terjun seperti layaknya peterjun dan akan memperlambat/mengurangi efek grafitasi bumi, sehingga impak pada pendaratan menjadi minimal.
Disimulasikan LSC ini berisi obat-obatan. Pemilihan LSC sebagai sarana penerjunan obat obatan adalah diasumsikan wilayah bencana masih terjadi genangan air akibat sunami sehingga akan lebih aman menggunakan LSC karena bahan LSC terbuat dari tabung plastik yang tahan benturan dan tidak bisa dimasuki air.
Selanjutnya dalam Latihan Koopsud III Kasuari Perkasa 2022, pesawat CN235 A-2307 melaksanakan penerjunan logistic yang disebut dengan Free Cargo Drop.
Pada pelaksanaan kegiatan ini dibutuhkan kepiawaian luar biasa dari awak pesawat terbang, karena penerjunan logistik ini akan dilaksanakan dari ketinggian 10 kaki (3 m) dari permukaan tanah.
-Poetra-