AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pesawat jet latih/tempur ringan buatan Korea Aerospace Industries (KAI) mencapai kesuksesan di pasaran dengan jumlah produksi lebih dari 200 unit yang kini beroperasi di berbagai negara.
Indonesia mengakuisisi 16 unit T-50i sejak 2011 senilai 400 juta dolar AS dan kini menambah lagi enam unit melalui kontrak senilai 240 juta USD yang ditandatangani pada Juli 2021.
Tambahan enam T-50i untuk Indonesia berserta komponen terkait, akan diselesaikan hingga 30 Oktober 2024.
Pada November 2018, kontrak KAI dengan Kementerian Pertahanan RI senilai 89 juta USD juga telah ditandatangani untuk menyediakan sistem radar serta senapan mesin, selain pasokan tiga KT-1B Woongbi.
Selain Indonesia, pada Desember 2013, KAI juga menandatangani kontrak untuk mengekspor 24 unit T-50IQ kepada Irak.
Lalu ada Filipina yang mengakuisi 12 FA-50PH. Kemudian Thailand yang mengakuisisi 12 T-50TH serta menambahnya dua unit sehingga menjadi 14 unit.
Pesanan terbaru KAI datang dari Polandia di mana Warsawa berkomitmen untuk mengakuisisi 48 FA-50PL senilai hingga 3 miliar USD di bawah paket senjata Korea Selatan yang lebih luas yang juga mencakup tank tempur utama Hyundai Rotem K2 Black Panther dan self-propelled howitzer K9 155mm buatan Hanwha Defense.
Kelompok pertama 12 FA-50PL akan dikirimkan pada pertengahan 2023, dengan sisanya akan menyusul sesuai dengan waktu yang tidak diungkapkan.
KAI juga akan mendirikan pusat perawatan, perbaikan, perbaikan (MRO) di Polandia serta sekolah pelatihan pilot internasional menggunakan pesawat FA-50.
Perusahaan menyatakan bahwa kesepakatan itu akan berjalan hingga 30 Oktober 2024 dan akan mencakup dukungan logistik terkait.
T-50 Golden Eagle awalnya dirancang oleh KAI dengan bantuan Lockheed Martin sebagai pesawat supersonik bermesin tunggal untuk Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF).
Pesawat dibuat dengan persyaratan internasional sebagai jet latih lanjut (LIFT) dan pesawat serang ringan yang terjangkau.
Pesawat ini kemudian menarik minat sejumlah negara utuk ikut mengakuisisinya, terlebih kebutuhan yang dipicu oleh berbagai kondisi akibat ketegangan politik dunia, ujar sumber KAI kepada Show Daily seperti dikutip Asian Military Review.
Disebutkan bahwa T-50 memenuhi syarat sebagai jet latih di masa damai dan sebagai pesawat tempur serang di masa krisis.
Melihat animo yang besar pada pesawat ini, pada bulan Juni lalu KAI dan Lockheed Martin menandatangani perjanjian kerja sama untuk memasarkan jet latih canggih T-50 Golden Eagle secara global.
Perjanjian tersebut diatur untuk meningkatkan kemitraan strategis yang sudah ada antara kedua perusahaan.
Korea sendiri pada November 2021 sudah mencanangkan target pencapaian 1.000 T-50 terjual di pasar internasional.
KAI menegaskan, platform T-50/FA-50 dioptimalkan untuk melatih pilot F-35.
Kebutuhan terhadap pesawat ini akan meningkat seiring minat negara-negara untuk mengakuisisi F-35 buatan Lockheed Martin, ungkap KAI.
-Poetra-